Restuemak.com – Sunda sebagai salah satu nama kerajaan yang kiranya baru muncul pada abad ke-8 sebagai lanjutan atau penerus dari kerajaan Tarumanegara. Pusat kerjaan sunda ini berada disekitar daerah Bogor, sekarang.
Sejarah dari kerajaan sunda telah mengalami sebuah babak baru karena arah dari pesisir utara di Batavia (Jayakarta) yang masuk kekuasannya di kompeni Belanda sejak tahun 1610 dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kedalam kekuasaan Matara sejak tahun 1625.
Berikut ini saya akan sedikit menjelaskan tentang kebudayaan sunda di bandung dengan lengkap. Mari langsung saja simak penjelasannya.
Table of Contents
Sejarah Suku Sunda
Sebagai salah satu nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke-8, sebagai penerus dari kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaannya yang berada di daerah Bogor. Sejarah sunda sendiri telah mengalami sebuah babak baru karena arah dari pesisir utara di Batavia masuk kedalam kekuasaan kompeni Belanda sejak tahun 1610 dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram.
Suku Sunda merupakan salah satu kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia. Yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat, daerah yang juga sering disebut dengan tanah pasundan atau tatar sunda.
Pada tahun 1998-an, suku sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, dimana kebanyakan dari mereka hidup di daerah Jawa Barat dan sekitar 1 juta jiwa lainnya hidup di provinsi lain. Dari antara mereka, untuk penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang sangat berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media.
Meskipun demikian suku sunda merupakan salah satu kelompok orang yang paling terkenal di belahan dunia. Nama mereka sering sekali dianggap sebagai orang sudan di negara Afrika dan salah dieja didalam ensiklopedia.
Beberapa koreksi ejaan yang ada di komputer juga dapat mengubahnya menjadi Sundanese (dalam bahasa Inggris). Pada abad ke-20, sejarah dari suku sunda telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi sebuah Indonesia modern.
Kata sunda sendiri artinya adalah baik, bagus, bersih, cemerlang, dan segala sesuatu yang telah mengandung unsur kebaikan, orang sunda menyakini memiliki sebuah etos, watak, karakter Kasundaan sebagai salah satu jalan menuju keutamaan hidup.
Watak maupun karakter orang sunda yang dimaksud yaitu watak cageur (sehat), bageur (baik), singer (terampil), dan pinter (pandai atau cerdas) yang sudah ada pada zaman Salaka Nagara pada tahun 150 sampai dengan ke Sumedang Larang pada abd ke-17, yang sudah membawa kesejahteraan dan kemakmuran lebih dari 1000 tahun.
Kerajaan sunda merupakan salah satu kebudayaan masyarakat yang tinggal di sebuah wilayah barat pulau Jawa dengan seiring berjalannya waktu sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Sebagai salah satu suku, kebudayaan sunda adalah cikal bakal berdirinya suatu peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya sebuah kerajaan tertua di Indonesia, yaitu Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang.
Kerajaan sunda sendiri merupakan kerajaan yang cinta damai, selama dalam pemerintahannya tidak pernah melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya sendiri.
Keturunan dari kerajaan sunda sudah menlahirkan sebuah kerajaan-kerajaan besar yang ada di Nusantara diantaranya yaitu kerajaan sriwijaya, kerajaan majapahit, kerajaan mataram, kerajaan cirebon, kerajaan banten, dan masih banyak lagi.
Kebudayaan Suku Sunda
Kebudayaan khas kerajaan sunda mempunyai daya tarik yang sangat kuat bagi seorang wisatawan yang ingin datang ke daerah sunda tersebut.
Berikut ini adalah beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Jawa Barat terutama yaitu di kebudayaan suku sunda.
1. Pakaian Adat Suku Sunda
Dalam gaya berpakaian sendiri, masyarakat suku sunda lebih mengenal beberapa jenis baju adat yang didasarkan pada fungsi, umur, atau tingkatan sosial kemasyarakatan pemakaiannya.
Berdasarkan tingkat strata sosial si pengguna misalnya, pakaian adat Jawa Barat dapat di bedakan menjadi 3 jenis, yakni pakaian rakyat jelata, kaum menengah, dan para bangsawan. Berikut ini adalah penjelasan dari ke-3 jenis pakaian adat tersebut.
a. Pakaian Rakyat Jelata
Bagi seorang rakyat jelata, laki-laki sunda pada masa dahulu selalu menggunakan pakaian yang sangat sederhana. Mereka lebih suka menggunakan celana komrang atau dalam bahasa sundanya yaitu pangsi yang kemudian dilengkapi dengan sabuk kulit atau kain.
Sebagai atasannya, baju kampret atau salontren yang kemudian dilengkapi dengan sarung polen yang diselempangkan di bahu dan tidak pernah lepas dalam menjalani keseharian.
Pakaian adat sunda tersebut juga dapat dilengkapi dengan adanya penutup kepala yang bernama ikat logen model hanjuang nangtung atau barangbang semplak serta alas kaki berupa tarumpah maupun terompah dari kayu.
Untuk kaum perempuannya, pakaian adat Jawa Barat yang telah dikenakan juga terbilang sangat sederhana. Seperti perlengkapan sinjang kebat (kain battik panjang)`, beuber (ikat pinggang), kamiso, baju kebaya, dan selendang batik adalah sebagai pilihan utama orang sunda.
b. Pakaian Adat Kaum Menengah
Beda kelas, beda pula untuk tampilannya. Untuk mereka yang sudah terbilang kaun menengah yang berada dalam strata sosial, pemakaian pakaian adat Jawa Barat akan dikhususkan dengan tambahan beberapa pernik.
Para pria selain akan menggunakan baju berbahan putih, kain kebab baik, alas kaki sandal tarumpah, sabuk, dan ikat kepala, mereka juga dapat menggunakan arloji atau jam rantai emas yang kemudian digantungakn di saku baju sebagai kelengkapan berbusana mereka.
Sementara untuk kaum wanita atau kaum perempuan, pakaian adat Jawa Barat yang digunakan yaitu kebaya beraneka warna sebagai atasan, kain kebat batik beraneka corak sebagai bawahan, ikat pinggang, selendang berwarna, serta cincin yang terbuat dari perak maupun yang terbuat dari emas.
c. Pakaian Adat untuk Bangsawan
Bagi para seorang bangsawan atau menak, pakaian yang digunakan merupakan simbol keagungan. Oleh karena itu, dari segi desainnya sendiri pakaian adat ini terlihat sebagai pakaian adat Jawa Barat yang paling rumit dan estetik.
Bagi seorang pria bangsawan, pakaian adat sunda yang telah mereka gunakan terdiri atat jas tutup berbahan beludru hitam yang kemudian disulam dengan benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan, celana panjang dengan motif yang sama, kain dodot motif rengreng perak rusak, banten atau sebuah sabuk emas, bendo untuk penutup kepala, dan selop hitam sebagai alas kaki tersebut.
Sedangkan untuk perempuan atau wanita, pakaian adat daerah Jawa Barat yang dikenakan kebaya beludru hitam bersulang benang emas, kain kebat motif rereng, dan alas kaki yang berupa sepatu atau slop yang berbahan dari beludru hitam bersulak manik-manik.
d. Baju Adat Sunda yang Resmi
Karena suku sunda mempunyai beragam jenis pakaian adat, provinsi Jawa Barat kemudian mereka membuat standar baku untuk baju adatnya sejak beberapa dasawarsa tekhir ini.
Pakaian adat Jawa Barat resmi tersebut dapat kita lihat pada sebuah acara pemilihan mojang serta jajaka yang selalu mereka gelar setiap tahunnya.
Para jajaka atau lelaki yang menggunakan jas takwa atau jas tutup dengan warna yang bebas, celana panjang dengan warna yang sama pula, kain samping yang mereka ikatkan di pinggang, penutup kepala berupa bendo, dan tidak lupa alas kaki selop. Hiasan yang mereka gunakan hanya berupa jam rantai yang pada umumnya dijepitkan pada saku jas.
Sementara untuk para mojang atau para cewek sendiri, mereka akan menggunakan pakaian berupa kebaya polos dengan hiasan sulam, kain kebat, ikat pinggang, kutang, karembong sebagai pemanis, dan tidak lupa pula selop yang biasanya sama dengan warna kebayanya.
Adapun untuk hiasannya sendiri adalah tusuk konde berhias bunga untuk rambut yang disanggul, cincin, giwang, kalung, bros, peniti rantai, gelang keroncong, dan beberapa perhiasan lainnya yang biasanya terbuat dari sebuah emas bertahta berlian.
e. Pakaian Pengantin Adat Sunda
Untuk keperluan upacara adat perkawinan dari suku sunda, para pengantin dari adat sunda akan mengunakan pakaian khusus yang dinamakan dengan pakian Pengantin Sukapura.
Pakaian adat ini hanya untuk digunakan oleh seorang mempelai pria berupa jas tutup yang berwarna putih yang dilengkapi dengan ikat pinggang warna putih, kain rereg sebagai bawahan, tutup kepala bendo dengan motif rereng pula, dan selop warna putih. Untuk hiasannya sendiri, kalung panjang dari bungan melati dan keris atau kujang sebagai sejata tradisional dari suku sunda ini.
Sementara untuk seorang mempelai wanita, atasannya berupa kebaya brukat yang berwarna putih, dengan bawahannya berupa kain rereng eneng, benten maupun ikat pinggang yang berwarna emas, dan alas kaki slop.
Untuk hiasannya sendiri yaitu berupa sebuah perhiasan kilat bahu, kalung panjang, bros, gelang, cincin, dan giwang, tidak lupa pula sanggulan rambut yang kemudian dilengkapi dengan hiasa siger subadra lima untaian bunga sedap malam, dan tujuh buah kembang goyang.
2. Rumah Adat Suku Sunda
Pada umumnya rumah tradisional dari suku Sunda yaitu sebuah rumah panggung yang sama seperti halnya rumah-rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk dari rumah panggung suku sunda ini bertujuan untuk dapat menghindari masalah-masalah yang terjadi dilingkungan yang dapat mengancam penghuninya sendiri.
Jika kita lihat berdasarkan dari bentuk atapnya, maka rumah tradisional suku sunda dapat terbagi atas beberapa ciri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah rumah adat dari suku sunda tersebut.
a. Jolopong yaitu sebutan untuk rumah adat suku sunda dengan atap pelana yang bentuknya memanjang.
b. Perahu Kumureb yaitu sebutan untuk rumah adat suku sunda dengan bentuk atap perisai “oleh masyarakat suku sunda sendiri disebut perahu kumureb karena bentuk atap seperti bentuk perahu terbalik”.
c. Julang Ngapak karena bentuk atap dari rumah adat ini seperti sayap burung yang sedang terbang.
d. Badak Heuay karena bentuk atab dari rumah ini seperti seekor badak yang sedang membuka mulutnya.
e. Tagog Anjing karena bentuk atap dari rumah adat ini yaitu seekor anjing yang sedang duduk.
f. Capit Gunting karena bagian atas atap dari rumah adat ini yaitu saling menyilang benbentuk gunting.
3. Seni Tari Suku Sunda
Tari Jaipongan yang biasa dikenal memiliki beragam aneka budaya yang unik serta menarik, Jaipongan merupakan salah satu seni budaya yang terkenal di daerah sunda ini.
Jaipongan sebetulnya adalah sebuah tarian yang sudah sangat moderen karena modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas daerah sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari jaipong ini dapat dibawakan dengan iringan musik yang sangat khas pula, yakni Degung.
Musik ini merupakan sebuah kumpulan beragam alat musik misalnya kendang, go’ong, saron, kecapi, dan lain sebagainya. Degung dapat diibaratkan dengan Orkestra dalam musik Eropa atau Amerika.
Ciri khas dari tari jaipong ini sendiri adalah musik yang menghentak, dimana dari alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiring tarian tersebut. Tarian ini pada umumnya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok.
Selain tarian yang menarik, tari jaipong juga sering dipentaskan pada sebuah acara-acara hiburan, selamatan, atau sebuah pesta pernikahan. Selain tari jaipongan, ada juga sebuah seni yaitu seni tari merak dan seni tari topeng.
4. Alat Musik Khas Suku Sunda
Suku sunda selain mempunyai ragam budaya yang banyak, tetapi mereka juga mempunyai alat musik. Berikut ini adalah alat musik khas suku sunda lengkap dengan penjelasannya.
a. Calung
Calung adalah alat musik sunda yang merupakan prototipe dari alat musik angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan pada batangnya, cara menabuh alat musik calung ini adalah dengan cara memukul batang dari ruas-ruas bambu tersebut.
Jenis bambu yang digunakan untuk membuat alat musik calung ini kebanyakan dari awi wulung atau bambu hitam, namun ada pula yang dibuat menggunakan awi temen atau bambu yang berwarna putih.
b. Angklung
Alat musik Angklung merupakan alat musik atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu yang khusus di temukan oleh Bapak Daeng Sutigna pada tahun 1938. Ketika awal penggunaan alat musik angklung ini yang masih sebatas kepentingan sebuah kesenian local atau kesenian tradisioal.
c. Ketuk Tilu
Jenis alat musik Ketuk Tilu yaitu suatu tarian pergaulan serta tarian hiburan yang pada umumnya diselenggarakan di sebuah acara perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau dapat diselenggarakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas.
Permunculan dari tari ketuk tilu ini di masyarakat tidak ada kaitannya sama sekali dengan suku adat tertentu maupun upacara sakral tetapi murni sebagai ajang pertunjukan hiburan serta pergaulan. Oleh sebab itu tari ketuk tilu ini banyak digemari oleh masyarakat pedesaan yang jarang mendapatkan kegiatan hiburan.
d. Kecapi Suling
Kecapi Suling adalah salah satu jenis kesenian suku sunda yang memadukan antara suara alunan suling dengan alunan kecapi.
Irama dari alat musik ini sangat merdu yang biasanya diiringi denga mamaos (tembang) sunda yang memerlukan cengkok atau alunan tingkat tinggi khas sunda. Kacapi suling sunda berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat bahkan seluruh dunia.
Adat Istiadat Pernikahan
Adat suku sunda yaitu salah satu pilihan bagi calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya tersebut. Khususnya yaitu seorang mempelai yang berasal dari sunda. Adapun rangkaian acaranya yang dapat kalian lihat. Berikut ini adalah penjelasannya:
a. Ngeuyeuk seureuh
Adalah sebuah opsional, jika adat ini tidak dilakukan, maka untuk seserahan dapat dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah:
- Dipimpin langsung oleh pengeuyeuk.
- Kemudian pengeuyek mewejang kepada kedua calon pengantin tersebut tujuannya yaitu agar meminta ijin serta doa restu kepada orang tau serta memberikan sebuah nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang telah disediakan yaitu berupa parawanten, pengradinan, dan lain sebagainya.
- Diiringi lagu kidung oleh pangeuyek.
- Disawer beras, agar hidupnya menjadi sejahtera.
- Dikeprak yaitu sapu lidi disertai dengan nasehat agar dapat memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
- Selanjutnya calon pengantin pria membuka sebuah kain putih penutup dari pengeuyek yaitu dapat melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih serta belum ternoda.
- Membelah mayang jambe serta buah pinang (oleh calon pengantin pria). Memiliki makna supaya keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
- Menumbukkan alu kedalam lupang sebanyak tiga kali oleh calon pengantin pria.
b. Seserahan
Pada adat suku sunda untuk proses seserahan pada umumnya 3-7 hari sebelum pernikahan. Untuk calon pengantin pria atau laki-laki biasanya membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, makanan, dan lain-lain.
c. Tunangan
Untuk proses tunangan sendiri dilakukan “patuker beubeur tameuh” yaitu penyerahan ikat pinggang warna polos atau pelangi kepada si gadis tersebut.
d. Lamaran
Lamaran sendiri dilaksanakan oleh orang tua calon penganti beserta keluarga dekat, dan juga disertai oleh seseorang yang sudah berusia lanjut sebagai pemimpin upacara atau lamaran tersebut.
Dengan membawa sebuah lamareun atau sirih pinang yang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita untuk pameungkeut atau pengikat. Untuk cincin tidak harus mutlak dibawa. Jika dibawa, pada umumnya berupa sebuah cincin meneng yaitu cincin yang melambangkan kemantapan serta keabadian.
e. Nendeuan Omong
Nendeun Omong adalah pembicaraan orang tua atau seseorang utusan pihak pria yang berminat untuk mempersunting seorang gadis tersebut.
f. Membuat lungkun
Membuat lungkun adalah dua lembar sirih yang bertingkai dijadikan satu dan saling berhadapan, kemudian digulung menjadi satu memanjang dan diikat dengan benang kanteh.
g. Diikuti oleh Kedua Orang Tua dan Tamu yang Hadir
Maksudnya yaitu agar kelak rejeki yang telah diperoleh apabila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
h. Berebut Uang dibawah Tikar Sambil Disawer
Yaitu dapat melambangkan berlomba untuk mencari sebuah rejeki dan disayang keluarga.
i. Upacara Prosesi Pernikahan Suku Sunda
Berikut ini adalah prosesi pernikahan dari suku sunda beserta dengan penjelasannya:
- Penjemputan oleh calon pengantin dari si pria, oleh seorang utusan dari pihak mempelai wanita
- Ngabageakeun yaitu salah satu seorang calon dari mempelai pengantin wanita menyambut dengan cara pengalungan bunga melati kepada si calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua dari calon pengantin wanita untuk menuju ke pelaminan.
- Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria tersebut sudah berada di tempat pernikahan. Kedua orang tua tersebut memnjemput pengantin wanita yang ada di kamar, kemudian didudukkan di sebelah kiri pengantin dan dikerudungi dengan tiung panjang atau kain, yang mempunyai makna yaitu penyatuan du insan yang masih murni. Kerudung sendiri baru bisa dibuka pada saat kedua mempelai akan menandatangi surat nikah.
- Sungkeman, yaitu ketika dua mempelai meminta doa kepada kedua orang tua baik itu orang tua si mempelai pria maupun keluarga dari mempelai wanita.
- Wejangan, untuk wejangan sendiri dilakukan oleh ayah pengantin wanita beserta keluarga nya.
- Saweran, yaitu ketika kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil melakukan penyaweran, kemudian pantun sawer dinyanyikan. Pantun tersebut berisi sebuah petuah utusan orang tua si pengantin wanita. Kemudian kedua pengantin tersebut diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung tersebut.
- Meuleum harupat, yaitu pengantin wanita menyalakan harupat dengan menggunakan lilin. Harupat tersebut disiram oleh pengantin wanita dengan kendi air, kemudian harupat dipatahkan oleh si pengantin pria.
- Nincak endog atau telur, yaitu prosesi upacara yang terakhir seorang pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai keduannya pecah. Kemudian kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap oleh si pengantin wanita tersebut.
Buka pintu yaitu diawali dengan mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Kemudian diadakan sebuah tanya jawab dengan pantun yang bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah tersebut. Setelah kalimat syahadat tersebut dibacakan kemudian pintu dibuka, kedua pengantin masuk menuju pelaminan tersebut.
Sistem Kepercayaan Suku Sunda
Hampir seluruh orang sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil dari mereka yang tidak beragama Islam, diantaranya yaitu orang-orang dari suku Baduy yang tinggal didaerah Banten, tetapi juga ada yang beragama Kristen, Khatolik, Budha, dan Hindu. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih mereka lakukan.
Pada dasarnya seluruh kehidupan dari orang sunda dapat ditujukan untuk dapat memelihara keseimbangan dari alam semesta ini. Keseimbangan magis tetap mereka pertahankan yaitu dengan cara upacara adat, sedangkan untuk keseimbangan sosial dapat dipertahanakn dengan kegiatan saling memberi atau gotong royong.
Hal yang menarik dari kepercayaan suku sunda adalah laon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka sendiri yang percaya dengan adanya Allah yang telah menitiskan sebagian kecil darinya ke dalam dunia untuk dapat memelihara kehidupan manusia. Ini mungkin dapat menjadi sebuah jembatan untuk dapat mengkomunikasikan kabar baik untuk mereka semuannya (suku sunda).
Sistem Kekerabatan Suku Sunda
Sistem kekerabatan dari masyarakat suku sunda adalah bilareal yaitu garis keturunan dari ayah atau ibu. Sistem kekerabatan dan perkawinan tersebut dilakukan secara Islam. Bentuk keluarga yang terkenal adalah keluarga batih yaitu suami, istri, dan anak-anaknya.
Di suku sunda sendiri mengenal tujuh generasi ke ata dan generasi ke bawah, berikut ini adalah tujuh generasi tersebut.
- Tujuh generasi ke atas : kolot, embah, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg, serta gantung siwur.
- Tujuh generasi ke bawah : yaitu anak, incu, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg, serta gantung siwur.
Bahasa Suku Sunda
Bahasa yang digunakan oleh suku sunda ini adalah bahasa sunda. Bahasa sunda sendiri ialah salah satu bahasa yang dapat diciptakan dan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi oleh suku sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung dari kebudayaan sunda itu sendiri.
Selain itu bahasa sunda merupakan bagian dari budaya yang telah memberikan karakter yang sangat khas sebagai salah satu identitas suku sunda yang merupakan salah satu suku dari beberapa suku yang ada di negara Indonesia ini.
Makanan Khas
Suku sunda merupakan salah satu bagian dari suku-suku yang ada di negara ini. Mayoritas daerah sunda yang ada didaerah banten dan jawa barat, sebagai mana dari daerah-daerah lain, daerah sunda juga mempunyai makanan khas sendiri. Berikut ini adalah daftar dari makanan khas daerah sunda.
1. Balok Menes
Mungkin kebanyakan dari anda belum mengetahui makanan ini, sekilas ketika sudah mendengar nama balok terbanyak bahwa kayu balok yang keras. Tetapi maksud dari balok di sini adalah berbeda, karena nama balok adalah salah satu makanan khas dari suku sunda.
Balok menes ialah makanan khas yang berasal dari daerah sunda yang ada di daerah menes pandeglang banten. Makanan ini terbuat dari singkong dan parutan kelapa yang sudah di olah menjadi serundeng. Kue balok ini ada dua macamnya yakni kue balok cioda dan kue balok menes.
2. Peuyeum Bandung
Peuyeum dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan tape, peuyeum Bandung merupakan tape khas dari daerah Bandung yang dapat menggoyang lidah anda bila ingin mencicipinya.
Tape merupakan makanan khas yang terbuat dari singkong yang di kukus kemudian di dinginkan sesudah itu singkong ditaburi dengan ragi khusus dan di peuyeum (permentasi) menjadi tape.
3. Nasi Tutug Oncom
Nasi tutug oncom merupakan nasi khas dari daerah suku sunda, tepatnya di wilayah tasikmalaya. Nasi tutug oncom adalah nasi yang telah di campur dengan oncom yang di goreng atau di bakar. Sesuai dengan namanya proses pembuatan nasi tutug oncom ini yaitu campuran nasi dengan cara di tumbuk hingga di kenal dengan nama nasi tutug.
4. Sorabi Hijau
Sorabi hijau merupakan salah satu makanan khas suku sunda yang berada di Rengasdengklok Karawang. Serabi hijau sendiri berbeda dengan serabi-serabi pada umumnya, bahan pembuatannya juga sedikit berbeda yang dimana di tambahi dengan daun suji. Serabi hijau lebih nikmat apabila ditemani dengan secangkir kopi hangat.
Itulah sedikit penjelasan dari kebudayaan suku sunda semoga dengan adanya artikel anda dapat menambah wawasan tentang suku sunda tersebut. Sekian dan terimakasih.
“Boleh Copy Paste, Tapi Harap Mencantumkan Sumber. Terimakasih”