Upacara Adat Jawa Tengah – Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu kekayaan Negeri Indonesia ini, yang banyak mempunyai adat-istiadatnya, tidak terkecuali dengan sebuah tradisi upacara adat yang manaruh banyak sekali nilai historis di dalamnya.
Upacara adat Jawa Tengah bisa dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu upacara adat yang berhubungan dengan aktifitas hidup atau lingkungan hidup dan juga upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup masyarakatnya.
Jenis dari upacara adat Jawa Tengah yang berhubungan dengan daur hidup masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Masa Kehamilan
b. Masa kelahiran
c. Masa kanak-kanak
d. Masa perkawinan
e. Masa kematian
Table of Contents
Penjelasan Upacara Adat
Upacara adat Jawa Tengah umumnya digelar untuk berbagai acara atau hajatan masyarakat, ada juga untuk hajatan pernikahan, syukuran atau menghindari bala. Mulai yang bersifat pribadi sampai untuk kepentingan bersama.
Keberadaan dari upacara tradisional Jawa Tengah ini ada yang dapat bertahan sampai sekaran dan ada juga yang sudah tidak dapat dibiasakan lagi oleh masyarakat sekitar.lama – kelamaan tradisi ini akan menjadi asing karena tidak diwariskan kepada para generasi selanjutnya.
Baca Juga : Senjata Tradisional Jawa Timur
Tujuan Upacara Adat
Tujuan dari diselenggarakannya upacara adat tersebut , untuk kebanyakan orang Jawa Tengah bukan hanya menganggapnya sebagai sebuah hiburan semata, namun lebih kepada rasa syukur kepada yang pencipta
Upacara Adat Jawa Tengah
Berikut ini adalah penjelasan dari upacara adat Jawa tengah yang wajib kalian ketahui:
a. Wetonan (wedalan)
Wetonan atau wedalan adalah salah satu upacara adat Jawa Tengah yang masih banyak di kenal oleh manusia. Pengertian dari Wetonan sendiri dalam bahasa Jawa berarti keluar, akan tetapi yang di maksud disini adalah lahirnya seseorang.
Dalam menyambut kelahiran seseorang masyarakat akan melakukan upacara Wetonan atau Wedalan ini sebagai sarana mendoakan agar diberi panjang umur dan juga dihindarkan dari berbagai macam mara bahaya.
b. Popokan
Popokan merupakan salah satu upacara adat Jawa Tengah. Kegiatan tradisi tradisional ini adalah melempar lumpur yang dilakukan oleh warga Beringin di daerah Semarang. Waktu melakukan upacara Popokan ini sendiri dilakukan pada saat bulan Agustus di hari Juma’at Kliwon.
Konon, asal usul dari tradisi Popokan ini berawal dari dahulu di daerah Beringin. Dimana dari masyarakat sekitar ditangai seekor Macan yang telah mengganggu dan juga mengancam warga desa, sehingga segala macam peralatan sudah digunakan untuk mengusirnya termasuk dengan melempar lumpur.
Dari situlah upacara Popokan ini dilaksanakan oleh masyarakat sekitar. Dengan bertujuan untuk menghilangkan kejahatan dan juga tolak bala di daerah mereka. Kabar menggembiran, upacara adat Popokan ini masih terjaga dengan baik sampai sekarang ini.
Upacara Mendak Kematian
Selanjutnya adalah tradisi atau sebuah upacar Mendak Kematian yang berasal dari tanah Jawa Tengah. Secara bahsa Indonesia, mendak kematian adalah memperingati kematian setelah satu tahun. Sebenarnya tidak hanya itu saja yang ada di dalam adat Jawa seperti Mitoni atau hari ke tujug setelah kematian seseorang.
Berdasarkan sejarahnya upacara adat ini mempunyai hubungan sangat erat dengan agama Hindhu-Budha.
Baca Juga : Senjata Tradisional Aceh
Upacara Ruwatan
Ruwatan adalah sebuah upacara adat provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu saran pembebasan atau pensucian manusia dari dosa dan juga kesalahannya. Misalnya adalah masyarakat sekitar Dieng Wonosobo. Anak-anak yang mempunyai rambut gimbal biasanya telah dianggap sebagai keturuan Buto Ijo, untuk itu segera di ruwat agar selamat dari marabahaya.
a. Tradisi Wetonan (Wedalan)
Kebiasaan adat Wedalan atau Wetonan dalam bahasa Jawa Mempunyai arti “Keluar”, namun yang di maksud adalah keluar atau lahiran seseorang.
Warga setempat akan melakukan upacara adat sebagai harapan agar anak tersebut diberi panjang umur dan juga di hindarkan berbagai macam mara bahaya dimasa depan. Kemudian cita-cita sang anak dapat dengan mudah tercapai serta mendapatkan keturunan yang baik.
b. Padusan
Upacara adat Padusan ini ditujukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Padusan ini sendiri berasal dari kata Adus yang berarti “Mandi” dan juga “Membersihkan Diri”.
Tradisi PAdusan ini dapat dilakukan dengan mandi bersama masyarakat sekitar sekaligus mensucikan diri baik itu jiwa maupun raga untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dalam kehidupan meraka yang akan dijalani.
Ada juga yang menyebutkan tradisi Padusan adalah salah satu peninggalan budaya Walisongo ketika beliau menyebarkan ajaran Islam dengan mengkawinkan budaya Jawa yang pada saat itu didominasi oleh budaya Hindu.
Upacara Nyewu (1000)
Tradisi Upacara Nyewu atau 1000 hari setelah kematian seseorang adalah sebuah upacara atau tradisi masyarakat Jawa untuk memperingati kematian seseorang di daerah Jawa Tengah. Upacara Nyewu ini dilakukan oleh masyarakat setempat secara bersama-sama.
Tradisi ini yakni mendoakan seseorang yang telah meninggal seperti sebuah bacaan tahlil dan juga surah Yasin serta doa yang di pimpin oleh tokoh agama sekitar.
Upacara Kenduren
Kenduren termasuk salah satu upacara adat daerah Jawa Tengah. Kata lain dari kenduren yaitu Slametan yang biasa dikenal dikalangan masyarakat pada saat ini.
Kebiasaan ini adalah salah satu adat yang pertama. Sebelum adanya agama Islam di tanah Jawa, kenduran adalah kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau ketua suku. Akan tetapi pada zaman dahulu makanan sebagai sesaji dan juga untuk persembahannya.
Disebabkan karena adanya perpaduan budaya Islam, akhirnya upacara Jawa mengalami sebuah perubahan yang sangat besar. Kebiasaan yang tadinya sesaji digunakan sebagai persembahan kemudian dihilangkan dan dimakan bersama setelah acara usai.
Upacara Adat Sadran (Nyadran)
Inti atau poin yang ini yaitu Nyadran. Tradisi Jawa Tengah tersebut adalah upacara yang telah dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Perlu untuk kalian ketahui, sebelum adanya agama islam Nyadran merupakan tradisi dari agama Hindu-Budha. Kemudian semenjak adanya Walisongo di tanah Jawa para Sunan menyebarkan ajaran agama Islam dengan menggabungkan dan juga meluruskan tradisi-tradisi tersebut.
Agar mudah untuk diterima di kalangan masyarakat yang masih memuja-muja roh yang di dalam agama Islam itu musyrik. Para sunan kemudian mengganti doa dan juga bacaan-bacaan Al-Qur’an walaupun itu telah berbenturan dengan tradisi Jawa. Kemudian dengan seiringnya waktu akhirnya dapat diterima dan juga diamalkan oleh orang Jawa.
Upacara Adat Selikuran
Selikuran adalah salah satu upacara adat yang masih berlaku di tanah Jawa khusunya daerah Jawa Tengah dan juga Jawa Timur. Pada malam 21 Ramadhan merupakan waktu pelaksanaan dari tradisi ini.
Orang daerah Jawa setempat biasanya dengan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh took agama sekitar yang telah mendapat mandate. Jika kalian mengetahui artinya, Selikut dalam bahasa Jawa memiliki arti yang sangat spesial.
Dimana waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga mendoakan orang-orang Islam yang telah mendahuluinya. Masyarakat Jawa setempat telah menganggap kebiasaan ini sebagai salah satu rasa kecintaan mereka kepada agama Islam dan juga Rasulullah Saw.
Upacara Maulid Nabi (Muludan)
Upacara atau sebuah tradisi Muludan atau Maulid Nabi ini masih berlaku juga di daerah Jawa Tengah. Muludan atau Maulid Nabi yang ada didalam adat Jawa memiliki arti sebagai hari peringatan lahirnya Nabi Muhammad Saw dan juga sebagai perayaan Muludan ini setiap tanggal 12 Rabiul Awal.
Tradisi merayakan Muludan atau Maulid Nabi Muhammad Saw ini tidak hanya berlaku di daerah Jawa Tengah saja. Di daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan masih banyak juga umat Islam yang melaksanakannya. Hanya saja dalam acaranya disesuaikan dengan sebuah kebiasaan yang berlaku di daerah masing-masing.
Upacara Kebo-keboan
Salah satu upacara cara menolak bala bagi masyarakat Jawa Tengah yaitu dengan merayakan upacara Kebo-keboan ini. Tradisi kebo-keboan ini lazimnya dilakukan oleh para petani ketika menanam atau memanen tanamannya tersebut.
Bagi mereka, dengan adanya upacara ini semoga tanaman mereka dapat tumbuh dengan baik dan juga mendapatkan hasil panen yang maksimal. Salah satu simbol yang ada di dalam tradisi ini adalah ditandai dengan 30 orang menyerupai kerbau dan akan di arak keliling kampung. Mereka semua akan berjalan layaknya kerbau sedang membajak sawah.
Upacara Larung Sesaji
Larung Sesaji adalah salah satu upacara yang telah dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah yang berada dibagian pesisir Utara dan juga pesisir selatan. Motivasi untuk melakukan tradisi ini adalah sebaga wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil ikan tangkapan mereka selama melaut. Dan juga memohon agar selalu diberi keselamatan dan juga hasil yang cukup dalam usahanya.
Kebiasaan ini biasa di tandai dengan bahan pangan dan juga hewan sembelihan yang kemudian di hanyutkan ke laut. Dan dilaksanakan pada tanggal 01 muharam atau 01 suro.
Upacara Ngapati
Upacara Ngapati adalah ketika ada seorang wanita yang hamil dan masa kehamilan tersebut telah mencapai 4 bulan. Pada umumnya orang Jawa melakukan acara Ngapati ini yakni karena di usia 4 bulan janin tersebut akan diberi nyawa oleh Allah Swt sehingga orang Jawa akan mendoakannya. Dan juga sebagai rasa syukur atas karunia yang telah di berikan dengan cara upacara Ngapati ini.
Ketika proses upacara Ngapati yakni berdoa bersama-sama agar kelak ketika sudah lahir akan menjadi anak atau orang yang bermanfaat dan juga di jauhkan dari larangan agama.
Upacara Dugderan
Dugderan adalah salah satu upacara tradisional yang dilakukan oleh warga kota Semarang Jawa Tengah, yang bertuuan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Tradisi Dugderan ini diawali dengan sebuah pemukulan Bedug yang mempunyai bunyi “ dug dug dug”, kemudian disambut dengan suara dentuman keras meriam “der” sehingga masyarakat setempat menamakannya dengan nama Dugderan.
Setelah proses Dugderan ini selesai digelas pawai keliling kota dimana masyarakat sekitar tumpah ruah berpakaian adat dan juga menyajikan aneka festival tradisional khas Semarang yang ditujukan untuk menyambut datangnya bulan puasa yakni Bulan Ramadhan di Kota Semarang.
Upacara Adat Siraman
Tradisi siraman ini adalah salah satu upacara adat khas Semarang dimana calon pengantin wanita harus dimandikan dan juga disucikan dengan air bunga 7 rupa. Tradisi ini dapat dilakukan dengan cara menguyurkan dan juga memandikan calon pengantin perempuan agar dirinya bisa suci sebelum proses pernikah itu digelar.
Setelah acara upacara Siraman ini selesai biasanya calon pengantin perempuan akan dibopong oleh ayahnya atau keluarganya guna dirias untuk acara sungkeman meminta doa resti kepada pihak ayah dan juga ibunya agar pernikahan mereka dapat berjalan dengan lancer dan juga berkah.
Demikian sedikit penjelasan tentang upacara adat Jawa Tengah yang dapat kami sampaikan kepada pembaca. Mohon untuk dikoreksi jika ada sebuah penemuan yang kurang tepat dalam hal penulisannya. Sebelum dan juga sesudahnya kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
Baca Juga : Upacara Adat Jawa Timur