Upacara Adat Jawa Timur – Hal ini karena ada banyak sekali dari tradisio di provinsi Jawa Timur yang belum kalian ketahui bersama. Mulai dari sebuah kebiasaan adat kelahiran, pernikahan, ritual, sampai dengan kematian semua diatur dan sampai sekarang masih lestari didaerah tersebut.
Beberapa dari tradisi atau upacara yang ada di daerah Jawa Timur ada yang asli dari warisan budaya masyarakat dan ada juga yang sudah terjadi pembaruan dengan budaya lain. Tidak jarang lagi ditemukan nuansa religi pada saat pelaksanaan upacara adat tersebut.
Selain dengan mengetahuinya, sebaiknya kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik juga harus berpartisipasi dalam menjaganya, jangan sampai dari klaim oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Apapun itu ceritanya, budaya nusantara merupakan kekayaan Indonesia yang tidak dapat di nilai dengan materi.
Pemerintah setempat sebaiknya mulai untuk berpikir bagaimana kebiasaan adat di daerah Jawa Timur dapat menambah kenaikan ekonomi daerah. Contohnya yaitu dengan dikemas semenarik mungkin sehingga mendatangkan para turis untuk mengunjunginya.
Ini akan berdampak pada ekonomi sekitar wilayah tersebut, baik itu dari segi alat transportasi darat, laut, udara, maupun dari sektor penginapan. Kita harus dapat berpikir positif saja, semoga hal ini sudah terpikirkan oleh pejabat yang sekarang sedang menjabat.
Berikut ini restuemak.com akan sedikit menjelaskan artikel tentang upacara adat Jawa Timur yang lengkap dengan penjelasannya.
Table of Contents
Pengertian Upacara Adat
Secara etimologi upacara adat tersebut terdiri dari 2 kata yaitu upacara dan juga adat. Upacara merupakan serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan oleh sekelompok orang yang mempunyai aturan tertentu sesuai dengan tujuan.
Sedangkan adat merupakan kebiasaan dari turun-temurun sekelompok masyarakat yang berdasarkan nilai budaya lingkungannya. Kebiasaan tersebut bersangkutan dengan nilai-nilai yang bersifat magis religius dari sebuah kehidupan penduduk asli yang meliputi kebudayaan, norma atau aturan yang berkaitan satu sama lain dan kemudian menjadi sebuah sistem atau aturan tradisional.
Jadi, upacara adat sendiri adalah sebuah upacara atau kebiasaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang pada suatu daerah tertentu, pada hal ini khusus upacara adat yang ada pada daerah Jawa Timur.
Upacara adat pada suatu daerah umumnya tidak terlepas dari sebuah peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu. Oleh karena itu upacara adat suatu daerah biasanya berbeda-beda, disebabkan sejarah dari daerah pasti berbeda. Tata cara dan juga waktu untuk melaksanakannya juga pasti berbeda-beda pada setiap daerahnya.
Baca Juga : Adat Istiadat Jawa Timur
Fungsi dan Tujuan Upacara Adat
Tujuan dari diadakannya sebuah upacara adat salah satunya yaitu untuk keselamatan diri, keluarga dan juga masyarakat dalam suatu lingkungan sosial. Menurut Notosudirjo 1990, fungsi sosial dari upacara adat dapat dilihat pada kehidupan sosial masyarakat, yaitu adanya sebuah pengendalian sosial, sosial media, norma sosial, dan juga pengelompokan sosial.
Pendapat lain tentang tujuan upacara adat juga telah dijelaskan seorang antropologi agama yang bernama Clifford Heerts yakni upacara dengan sebuah simbol berfungsi sebagai pengitegrasian antara etos dan juga pandangan hidup.
Etos adalah sebuah sistem nilai budaya, sedangkan untuk pandangan hidup merupakan konsepsi warga Negara terhadap dirinya, alam sekitar dan juga segala sesuatu yang ada pada lingkungan hidup sekitarnya.
Upacara Adat Jawa Timur Kematian
Pada wilayah Jawa Timur terdapat beberapa acara upacara adat atau sebuah tradisi yang sudah dijalankan ketika ada seseorang yang meninggal pada daerah tersebut.
Tradisi kematian tersebut adalah percampuran akulturasi budaya yang sudah ada sebelum agama islam memasuki tanah Jawa.
Berhubungan dengan ajaran syiar agama Islam yang telah dibawa oleh para wali di tanah Jawa dengan menggunakan sebuah metode yang sangat halus dan juga mudah digemari oleh masyarakat, akhirnya para wali tersebut banyak melakukan akulturasi salah satunya yaitu tradisi kematian.
Baca Juga : Senjata Tradisional Jawa Timur
Berikut ini adalah tradisi ketika ada seseorang meninggal:
1. Tahlilan
Tahlilan merupakan proses kirim doa kepada seseorang yang sudah meninggal agar arwahnya bisa mendapatkan sebuah ketenangan dan juga tempat yang terbaik di sisi Tuhan atau Allah Swt.
Tradisi tersebut pada awalnya sudah ada pada zaman Hindhu – Budha dengan bacaan yang sesuai dengan agama mereka. Sehingga ketika agama Islam datang di tanah Jawa bacaan tersebut diganti dengan cara Islami.
Kebiasaan dari tahlilan pada umumnya dilakukan pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke – 40, ke 100, dan juga ke – 1000, juga terdapat istilah mendak kematian setelah satu tahun kematian pada hari saat meninggalnya. Perlu kalian ketahui tidak semua daerah yang ada di Jawa Timur ini melakukan tradisi tahlilan, hanya saja daerah tertentu dan juga dengan aliran tertentu yang melakukan tradisi ini.
Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan oleh orang Jawa pada sebuah tradisi kematian antara lain:
a. Geblakan atau Surtanah
Geblakan merupakan salah satu tradisi berupa tahlilan dengan cara mandoakan seseorang yang telah wafat pada saat hari kematiannya tersebut.
b. Nelung Dina atau Hari Ke-3
Nelung dina atau tiga hari merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan dengan cara mendoakan seorang yang sudah wafat pada saat hari ke tiga
c. Mitung Dina atau Hari Ke-7
Mitung dina atau hari ke tujuh yaitu dengan cara mendoakan seseorang yang sudah meninggal pada saat hari ke-7 setelah kematiannya tersebut.
d. Matang Puluh atau Hari-40
Matang puluh atau hari ke 40 yaitu sebuah tradisi sebelumnya hanya saja ini dilakukan pada hari ke-40 setelah kematian seseorang tersebut.
e. Nyatus Dina atau hari ke-100
Nyatus dina merupakan doa tahlil yang telah dilakukan pada saat hari ke-100 kematian seseorang tersebut.
f. Mendak Sepisan
Mendak pisan merupakan salah satu tradisi mendoakan yang dapat dilakukan pada 1 tahu dari kematian seseorang tersebut.
g. Mendak Pindo
Mendak pindo sama seperti mendak sepisan hanya saja ini dilakukan pada saat hari ke-1000 setelah hari kematian seseorang tersebut.
2. Mungguhan
Munggahan atau sa’banan merupakan kebiasaan masyarakat daerah Jawa Timur yang dimana dilaksanakan pada bulan sya’ban yang bertujuan untuk mendo’akan arwah para leluhur mereka yang telah meninggal.
Upacara Adat Jawa Timur Kelahiran
Warga masyarakat daerah Jawa Timur memiliki sebuah kebiasaan pada saat seorang ibu sebelum melahirkan dan juga sesudah melahirkan. Banyak prosesi atau sebuah kebiasaan yang harus dijalani pada saat proses lahiran antara lain sebagai berikut:
1. Tingkeban
Pitonan atau Tingkeban merupakan salah satu tradisi upacara selamatan yang dapat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur.
Tujuan dari pitonan atau tingkeban ini untuk menunjukan rasa syukur atas umur anak yang ada di dalam kandungan berusia menginjak 7 bulan. Pitonan atau tingkeban ini dapat dilakukan untuk meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya diberi kelancaran pada saat proses lahiran.
Acara ini dapat dilakukan dengan cara selametan berkumpul bersama orang-orang terdekat dan juga terdapat berbagai suguhan yang diberikan oleh keluarga yang mempunyai hajat tersebut.
Selain dengan cara seperti diatas, terdapat juga sebagian masyarakat pada saat mitoni dengan cara memandikan si calon ibu yang sedang hamil menggunakan air dari tujuh sumur berbeda. Ada juga yang membuat rujakan pada saat acara mitoni tersebut.
2. Babaran
Babaran adalah salah satu upacara sebagai respon dari kelahiran bayi yang sudah selamat. Babaran ini sendiri ditujukan sebagai tanda rasa syukur kepada sang pencipta bahwa ibu dan juga anak diberi keselamatan selama dalam proses melahirkan sang anak.
Seiring dengan berjalannya waktu, sebagian dari masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan ini, mereka telah mengganggap bahwa kegiatan tersebut tidak terlalu penting untuk dilakukan. Babaran jika dalam bahasa Indonesia yang berarti melahirkan.
Baca juga: Tarian Jawa Timur
3. Brokohan
Brokohan adalah salah satu tradisi yang dilakukan pada saat bayi sudah lahir. Acara ini dilakukan dengan cara mengundang warga sekitar, sanak, dan juga saudara terdekat untuk tujuan ikut mensyukuri atas kedatangan bayi yang baru lahir tersebut.
Pada umumnya brokohan ini telah disediakan nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauknya yang di tujukan untuk para tamu undangan yang telah datang.
4. Lurung Ari-Ari
Lurung ari-ari merupakan proses upacara adat yang malarung atau menghanyutkan si jabang bayi tersebut. Pada proses lurung ari-ari ini dari jabang bayi dihanyutkan ke laut bersama dengan bunga 7 rupa, kain putih, kendi, dan juga jarum.
Pada saat proses ini dilakukan dengan cara memasukkan ari-ari di dalam kendi dan juga dibungkus kain putih atau mori, dan juga jarum, kemudian dimasukan ke dalam tanah didalam rumah atau depan rumah. Intinya yaitu masih dekat dengan sang jabang bayi yang baru lahir tersebut.
5. Sepasaran
Sepasaran adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh keluarga yang telah diberikan momongan atau anak. Untuk tradisi sepasaran ini dapat dilakukan pada saat si jabang bayi baru berusia 5 hari.
Pada saat sepasaran ini keluarga si bayi melakukan tasyakuran sebagai ungkapan rasa syukur telah di berikan momongan. Sepasaran ini juga terdapat di daerah Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Memang tradisi sepasaran ini asli dari tanah Jawa.
6. Tedhak Sinten
Tedhak sintek adalah salah satu tradisi yang dapat dilakukan dengan adanya sebuah kepercayaan sebagian warga setempat bahwa telah memiliki kekuatan gaib.
Ada juga sebuah kepercayaan bahwa tanah ini dijaga oleh Bethara Kala. Oleh sebab itu pula si anak perlu untuk dikenalkan kepada Bethara Kala dipenjaga tanah tersebut, mulai tradis Tedhak Sinten tersebut.
Tujuannya yaitu agar Bethala Kala tidak marah, maka akan dilaksanakan tradisi adat ini selama bertahun-tahun oleh masyarakat setempat.
7. Sunatan
Sunatan sendiri adalah adat asli dari agama Islam. Karena pada umumnya perkembangan dari agama Islam berkembang sangat baik di daerah Jawa Timur.
Ketika seorang anak sudah menginjak usia remaja, maka si anak akan melewati sebuah proses sunatanatau lebih dikenal dengan tradisi khitanan. Dengan adanya prosesi memotong ujung kuncup kemaluan pada laki-laki, bertujuan untuk tidak menyisakan sebuah najis pada bagian kemaluan pada saat buang air kecil.
Pada umumnya masyarakat Jawa Timur melakukan selametan sebelum melakukan prosesi sunatan atau khitanan tersebut, bertujuan agar diberi kelancaran pada saat sunatan dan juga agar dijadikan oleh Allah SWT sebagai anak yang sholeh.
Upacara Adat Jawa Timur Tradisi atau Ritual
Banyak sebuah kebiasaan atau tradisi yang dapat dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang telah ada sejak nenek moyang atau para sesepuh. Tradisi yang ada tidak dapat dilepas dari sebuah sejarah atau kejadian yang terjadi pada zaman dahulu.
Pada umumnya orang jawa melakukan sebuah tradisi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi, pada saat tidak melakukan upacara yang telah di wariskan kepada nenek moyang terdahulu.
Berikut ini adalah jenis upacara adat Jawa Timur yang telah menjadi sebuah tradisi atau ritual pada zaman nenek moyang:
1. Upacara Adat Jawa Timur Ruwatan
Ruwatan merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang dapat dilakukan dengan cara mengharapkan agar dijauhkan dari nasib buruk atau kesialan.
Ruwatan sendiri mengandung beberapa makna atau filosofi mensucikan diri dari segala sesuatu hal yang buruk atau hal yang tidak diinginkan.
2. Upacara Adat Jawa Timur Kebo-keboan
Pada saat setiap tahun masyarakat daerah Banyuwangi berusaha untuk menjaga sebuah tradisi kemurnian dan juga kesakralan budaya mereka. Asal-usul tradisi kebo-keboan ini bersaal karena banyaknya sebuah musibah pageblok.
Pada saat waktu itu masyarakat terkena wabah penyakit dan juga tanaman yang dapat merugikan warga daerah tersebut. Banyak dari warga yang meninggal dan juga kelaparan akibat adanya penyakit misterius tersebut.
Nah, pada saat terjadi bencana wabah tersebut, salah satu dari sesepuh bernama mbah Karti mendapat wangsit atau mimpi dari semedinya di sebuah bukit untuk melakukan kebo-keboan dan juga mengangungkan Dewi Sri
Singkat cerita ada sebuah keajaiban yang tak disangka muncul ketika waga sekitar melaksanakan ritual Kebo-Keboan. Banyak dari warga yang sakit mendadak menjadi sehat, juga hama yang menyerang tanaman warga hilang tidak tau kemana.
Akhirnya mulai saat itu ritual kebo-keboan terus dilestarikan oleh masyarakat daerah itu, kemudian muncul perasaan resah dan juga takut jika tidak melakukan tradisi kebo-keboan tersebut.
3. Upacara Adat Jawa Timur Skaten
Skaten adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Jawa yang berpegang teguh terhadap agama Islam. Tradisi sekaren ini oleh masyarakat Jawa Timur untuk memperingati bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw.
4. Upacara Adat Jawa Timur Muludan
Muludan adalah salah satu tradisi atau kebiasaan yang telah dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur, umumnya dilakukan pada tanggal 12 bulan maulud, beda dengan tradisi sekaren yang dilakukan pada tanggal khusu pada bulan maulud.
Pada dasarnya maulidan dan juga sekaten itu sama, yang dapat membedakan yaitu tata cara memperingati dan juga tanggal-tanggalnya.
Baca juga: Tarian Reog Ponorogo
5. Upacara Adat Jawa Timur Labuh Sesaji
Labuh sesaji adalah salah satu kebiasaan tahunan yang telah digelar di Telaga Sarangan, Magetan. Waktu untuk melaksanakan tradisi Labuh Sesaji ini pada bulan Ruwah, hari Jum’at Pon.
Tujuan dari upacara Labuh sesaji ini sebagai tanda terima kasih dari masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat menganggap bahwa Telaga Sarangan adalah sebuah hadiah dari Tuhan, Telaga Sarangan dianggap dapat mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat Magetan dan juga Masyarakat Indonesia.
6. Upacara Adat Jawa Timur Larung Sesaji
Upacara adat Larung sesaji berbeda dengan upacara adat Labuh sesaji. Larung sesaji adalah sebuah tradisi upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang berada di daerah pesisir pantai utaran dan pantai selatan.
Upacara ini dapat dilakukan dengan cara menghanyutkan sesajen ke laut dalam rangka sebagai tanda rasa syukur dari hasil tangkapan ikan selama mereka melaut. Upacara larung sesaji ini umumnya dilaksanakan pada tanggal 1 muharram atau satu suro.
7. Upacara Adat Jawa Timur Kasada
Upacara adat Kasada merupakan salah satu upacara yang telah berasal dari masyarakat Suku Tengger. Tujuan dari upacara Kasada ini yaitu sebagai salah satu rasa syukur masyarakat suku Tengger kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Asal mula dari tradisi Kasada ini yaitu upacara untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma anak dari Jaka Seger dan Lara Anteng. Pada umumnya upacara ini dilakukan pada tanggal 14 sampai 16 bulan kasada atau pada saat bulan purnama tampak dilangit secara setahun sekali.
8. Upacara Adat Jawa Timur Unan-Unan
Upacara adat Unan-Unan ini telah dilakukan oleh Suku Tengger yang tinggal di kaki gunung Bromo yang biasa dilakukan agar makhluk halus dan juga sebuah malapetaka dijauhkan dari wilayah perdesaan mereka.
9. Upacara Adat Jawa Timur Ruwah Desa
Ruwah Desa adalah salah satu jenis upacara adat Jawa Timur yang dilaksanakan pada Bulan Ruwah sebelum masuk bulan Ramadhan. Tujuan dari tradisi Ruwah Desa ini yaitu untuk mendoakan nenek moyang mereka yang telah mendirikan atau Babad desa tersebut.
Selain untuk tujuan mendoakan nenek moyang tersebut, tradisi Ruwahan juga mempunyai tujuan untuk meminta agar selalu di beri keselamatan dan ketentraman bagi penduduk desa.
Baca juga: Tarian Merak
10. Upacara Adat Jawa Timur Likuran
Kebiasaan dari masyarakat Jawa Timur yang satu ini yaitu sebuah tradisi yang dapat dilakukan pada hari ke 21 bulan puasa. Tujuannya yaitu sama seperti memperingati malam Nuzulul Qur’an atau turunnya Al-Quran, hanya saja dengan cara yang berbeda-beda.
11. Mudunan atau Lebaran
Untuk tradisi likuran ini dilakukan pada tanggal ke 21 bulan Ramadhan pada tradisi Mudunan ini dilakukan pada hari raya Idul Fitri lebih tepatnya yaitu tanggal 1 Syawal.
Mudunan atau Lebaran dijalankan oleh masyarakat Jawa Timur dalam rangka sebagai rasa bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebelum melakukan tradisi Mudunan ini biasanya mereka melakukan nyekar ke makam para leluhur mereka.
12. Upacara Adat Jawa Timur Kasodo
Upacara adat Kasodo adalah salah satu upacara adat Jawa Timur yang telah dilakukan di setiap tahun pada bulan purnama. Tujuan dari upacara adat kasodo ini yaitu Masyarakat Suku Tengger meminta panen yang berlimpah atau meminta tolak balak dan juga kesembuhan atas bebagai macam penyakit.
Tradisi Kasodo ini dilakukan dengan cara melemparkan sesaji ke kawah Gunung Bromo. Masyarakat Suku Tengger yang lain harus berada pada tebing kawan dan juga meraih untuk menangkap sesaji yang telah dilemparkan ke dalam kawah tersebut.
13. Upacara Adat Jawa Timur Grebegan
Grebegan adalah salah satu tradisi upacar adat yang memiliki sifat kesyukuran, dilakukan bersama-sama oleh masyarakat suku Jawa dengan tokoh utamanya yaitu seorang raja. Upacara adat Grebegan ini dilaksanakan selama tiga kali dalam datu tahun, diantaranya yaitu pada tanggal 12 Mulud, 1 Syawal, dan juga tanggal 10 bulan ke-12 Masehi.
Pada saat upacara grebegan ini raja mengeluarkan sedekahnya berupa hasil alam seperti sayuran dan juga sejenisnya, umumnya sedekah ini dibentuk seperti bidang kerucut seperti gunung, yang akan di rebutkan oleh masyakat.
14. Upacara Adat Jawa Timur Weton
Wetonan adalah hari kelahiran, wetonan sebagai salah satu sebutan untuk orang Jawa terhadap hari kelahirannya tersebut. Upacara adat pada hal ini berbeda dengan ulang tahun, kalau wetonan yang menggunakan penanggalan Jawa. Tujuannya yaitu untuk meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
15. Upacara Adat Jawa Timur Nakokake
Nakokake adalah sebuah prosesi dimana seorang laki-laki yang ingin melamar seorang wanita pujaanya dengan cara menanyakan atau Nakokake kepada orang tua, sama dengan meminta sebuah restu kepada orang tua.
Dalam proses Nakokake ini yang ditanyakan yaitu kondisi status dari sang gadis pujaannya apakah dirinya sudah mempunyai pasangan, pendamping atau masih single
16. Upacara Adat Jawa Timur Piningsetan
Piningsetan adalah salah satu upacara adat melamar gadis yang pada umumnya dilakukan. Setelah melaksanakan tradisi Nakokake dan juga hasilnya sang pujaan masih single, maka prosesi selanjutnya yaitu pingsetan. Keluarga dari laki-laki akan datang kepada pihak keluarga wanita.
Tradisi piningsetan ini dapat dilakukan sebagai proses ramah tamah yang disertai dengan acara makanan bersama rombongan dari pihak laki-laki dan juga pihak perempuan.
Hal ini wajib untuk dilakukan sebelum pernikahan digelar. Namun prosesi ini menjadi salah satu momen serius bagi pihak laki-laki dan juga pihak wanita.
Baca juga: Pakaian Adat Jawa Timur
17. Slametan Kenduren
Slametan adalah salah satu acara tradisi adat Jawa Timur yang telah dilakukan sebagai rasa syukur atas mendapatkan suatu kebaikan. Selain dari tujuan utama, slametan ini juga bertujuan yang bersifat untuk memperingati hal yang bersifat suka maupun duka.
18. Upacara Adat Jawa Timur Ngurit
Ngurit adalah salah satu upacara adat Jawa Timur yang telah dilakukan oleh suku Jawa yang berprofesi sebagai petani. Upacara ini dapat dilakukan sebagai salah satu wujud rasa syukur dan juga berdoa agar benih padi dari petani dapat tumbuh dengan baik. Setelah upacara Ngurit itu selesai, para petani menunggu beberapa hari, sampai musim tandur atau menanam.
19. Upacara Adat Jawa Timur Seblang
Seblang adalah salah satu tradisi adat yang telah dilakukan oleh masyarakat Suku Using di daerah banyuwangi. Istilah dari Seblang ini adalah singkatan dari Sebele Ilang atau sialnya hilang.
Tujuan dari diadakannya upacara seblang ini yaitu dalam rangka untuk tolak balak agar aman, tenteram, dan juga berbagai kesialan hilang dari desa Suku Using tersebut. Waktu pelaksanaan upacara Using ini pada hari ke Tujuh setelah hari raya Idul Fitri.
Demikian sedikit ulasan tentang Upacara Adat Jawa Timur yang harus kalian ketahui. Semoga dengan adanya ulasan diatas dapat membantu semua masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda agar dapat mengenal dan sekaligus melestarikan kebudayaan asli Negara Indonesia tercinta ini.
Nah, mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan kepada kalian semua tentang adat atau tradisi yang ada pada daerah Jawa Timur. Semoga dapat menambah wawasan kita dalam hal atau bidang budaya Nusantara ini. Sekian dan terima kasih.
Baca Juga : Senjata Tradisional Jawa Barat