Senjata Tradisional Betawi – Mungkin kebanyakan dari orang mengenal Jakarta sebagai salah satu kota metropolis dan juga serba modern.
Jika sudah terlepas dari kata modern, ternyata di daerah Jakarta terdapat salah satu suku yang bernama suku Betawi, suku ini yaitu penduduk asli dan juga mempunyai beragam senjata tradisional yang digunakan pada saat zaman dahulu.
Masyarakat Betawi sudah dikenal sebagai salah satu masyarakat yang terbuka, mereka mau menerima kedatangan orang lain dengan ramah dan juga bijaksana.
Walaupun sudah dikenal dengan suku yang ramah akan tetapi ketika harga diri, harkat dan juga martabat mereka mulai terusik, mereka tidak akan segan untuk melawan para musuh-musuhnya.
Table of Contents
Pengertian Senjata Tradisional
Senjata merupakan salah satu alat yang dipakai untuk membubuh, melukai atau dapat menghancurkan sesuatu baik itu benda maupun makhluk hidup.
Fungsi dari senjata yaitu dipakai sebagai alat untuk mempertahankan diri atau dapat juga untuk mengancam lawan, melindungi diri dari serangan musuh dan juga untuk menyerang.
Sedangan untuk istilah tradisional berasal dari kata tradisi dan mempunyai arti sebagai perilaku atau sebuah kebiasaan yang telah didasarkan pada aturan atau norma tertentu.
Norma ini dapat berupa norma tertulis atau norma tidak tertulis yang nantinya akan diwariskan pada generasi berikutnya secara turun menurun.
Berdasarkan pada pengertian senjata dan juga pengerian tradisional diatar, dapat disimpulkan bahwa senjata tradisional merupakan produk budaya yang lekat dengan masyarakat dan dipakai untuk berlindung dari serangan musuh.
Fungsi dari senjata tradisional lainnya yakni dapat dikenakan sebagai alat untuk berladang dan juga untuk berburu. Namun senjata tradisional pada saat ini sudah menjadi identitas suatu bangsa yang telah ikut memperkaya kebudayaan nusantara.
Sehingga sangat penting sekali untuk kita dapat mengetahui macam-macam senjata tradisional setiap daerah yang ada di Indonesia. Agar kita dapat ikut berperan di dalam menjaga dan melestarikan salah satu warisan budaya kita ini.
Secara dominan senjata tradisional telah dikuasai oleh laki-laki. Hal ini didasarkan oleh budaya masyarakat penganut paham paternalitis yang telah menjadikan laki-laki sebagai pemimpin. Hal ini juga dapat menjadi alasan kenapa laki-laki harus memiliki senjata tradisional.
Untuk itu, yuk kita untuk mulai perkenalan awal dengan membahas jenis senjata tradisional Betawi ini. Apa saja senjata tradisionalnya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya!
Baca juga: Senjata Tradisional Jawa Timur
Perkembangan Senjata Tradisional Betawi
Salah satu faktor yang telah mempengaruhi proses perkembangan dari senjata tradisional pada setiap daerah yaitu proses asimilasi dan juga transformasi suatu daerah.
Proses ini akan terjadi pada daerah yang mempunyai karakter terbuka terhadap budaya baru. Misalnya budaya Melayu yang sudah banyak bergantung pada budaya India pada abad 1 Masehi.
Menurut Uka Tjandrasasmita beliau adalah seorang arkeologi sekaligus sebagai penduduk natif Sunda Kelapa. Mengatakan bahwa suku Betawi mempunyai senjata tradisional yang belum pernah terpengaruh oleh kebudayaan asing dari zaman Neolithikum atau pada zaman batu pada tahun 3000-5000 tahun yang lalu.
Hal ini, sudah terbukti dengan ditemukannya bukti arkeologis di daerah Jakarta dan sekitarnya dimana terdapat sungai besar misalnya sungai Cisadene, Kali Bekasi, CItarum dan juga Ciliwung.
Dari adanya situs-situs tersebut telah ditemukan alat tradisional seperti alat pacul, kapak, beliung dan juga alat pahat.
Dari alat tradisional inilah, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Betawi pada saat itu sudah mengenal pertanian dan juga peternakan. Bahkan mereka mungkin sudah mengetahui struktur organisasi kemasyarakat yang teratur.
Daftar Senjata Tradisional Betawi
Jika kita berbicara tentang senjata tradisional tidak akan ada habusnya. Setelah sebelumnya saya sudah membahas tentang senjata tradisional Indonesia dengan lengkap.
Di daerah Jakarta, senjata tradisional sudah dikenal pada zaman dahulu. Beberapa diantaranya ada yang masih dipakai sampai saat ini baik itu sebagai alat pertanian maupun dapat disimpan sebagai benda pusaka.
Terdapat 13 jenis senjata tradisional asli Jakarta yang dipakai oleh suku Betawi. Berikut ini adalah penjelasan dari senjata tradisional tersebut:
1. Senjata Tradisional Golok
Golok merupakan salah satu senjata tradisional asal Betawi yang paling banyak dikenal oleh masyarakat Jakarta bahkan Nusantara.
Pada umumnya senjata golok ini banyak dipakai untuk aksesoris pakaian adat dalam kehidupan sehari-hari oleh kaum laki-laki.
Golok umumnya dibawa terselip di ikat pinggang yang berwarna hijau, baik itu dikenakan untuk bekerja mencari kayu bakar, memotong hewan, mengupas kelapa dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, pada saat sedang berpergian pun, senjata golok juga biasa dibawa kemana-mana sebagai alat untuk melindungi diri.
Oleh orang betawi, jenis golok ini telah dibedakan menjadi dua macam, berdasarkan fungsinya masing-masing, adalah sebagai berikut ini:
Golok Gablongan merupakan jenis golok yang dipakai untuk keperluan bekerja.
Golok Sorenan merupakan jenis golok yang difungsikan sebagai golok simpenan, yang hanya dipakai pada saat ingin memotong hewan maupun perlindungan diri.
Sementara jika dilihat menurut bentuknya, golok betawi juga sudah dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu Golok Betok, Golok Ujung Turun dan juga Golok Gobang.
a. Golok Betok
Golok Betok yaitu salah satu golok asli pusaka masyarakat Betawi.
Sebagai senjata pusaka, kemuculan dari golok betook ini berada pada fase awal dalam sejarah nusantara.
Bahkan, golok ini sudah terkonsep pada sejak jaman sebelum Golok Kujang Jawa Barat ditemukan.
Akan tetapi, karena kerajaan Pajajaran meminta kepada Sang Empu agar dibuatkan Golok Kujang terlebih dahulu, pembuatan dari Golok Betok pun menjadi tertunda.
b. Golok Ujung Turun
Golok Ujung Turun merupakan salah satu golok yang mempunyai bentuk ujung yang lancip, terdapat wafak atau ukiran pada bagian bilahnya, dan mempunyai ukiran binatang pada bagian gagangnya.
Gambar binatang yang di wafak ini dapat menyimbolkan sebuah keyakinan dari masyarakat Betawi akan binatang-binatang yang telah dianggap keramat.
Pada umumnya, ukiran binatang pada bilah golok ini merupakan binatang Macan, misalnya yang terukir pada Golok Mat Item.
Pada bagian gagangnya, umumnya dibuat menggunakan bahan tanduk dengan tujuan agar beban dari senjata ini menjadi lebih ringan lagi.
Jenis Golong Ujung Turun ini biasanya dibawa dalam posisi terselip pada sarung jawara Betawi.
c. Golok Gobang
Golok Gobang merupakan salah satu golok yang berukuran pendek, memiliki bentuk ujung yang rata dan juga melengkung pada bagian punggungnya, murni sebagai senjata bacok.
Golok ini dibuat memakai bahan dari tembaga, gagang dari kayu Rengas dan juga tidak memiliki ukiran.
Gagang dengan model seperti ini biasa disebut oleh orang Betawi sebagai gagang jantuk.
Bilah yang ada pada Golok Gobang ini tampak polos atau biasa saja, tanpa watak maupun pamor yang ada umumnya digunakan pada golok para jawara.
Selain itu, golok ini pada umumnya dibuat dengan diameter 6 cm, dengan panjang tidak lebih dari 30 cm dan juga terlihat lebih lebar jika dibandingkan dengan golok lainnya.
Jika di daerah Jawa Barat, golok jenis ini dapat disebut dengan nama Golok Candung.
2. Senjata Tradisional Keris
Masyarakat Betawi juga mempunyai senjata tradisional keris sebagai salah satu kekayaan yang ada di dalam budaya orang betawi tersebut.
Keris betawi memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dengan keris-keris yang ada di daerah Jawa.
Sehingga, banyak sekali di antara budayawan yang telah berpendapat jika Keris Betawi adalah warisan budaya Cirebon dan juga budaya Sunda.
3. Senjata Tradisional Belati
Di dalam budaya Betawi, tidak terlalu banyak dikenal dengan senjata model tikam, karena adat istiadat dan juga karakter orang-orang setempat pada dasarnya memang tidak suka dengan perkelahian yang berlebih-lebihan.
Meskipun begitu, masyarakat Betawi masih tetap saja mengenal senjata Belati untuk salah satu alat perlindungan dirinya.
Bentuk dari Belati Betawi ini sama dengan bentuk Golok, tetapi ukurannya lebih kecil.
Selain itu, pada bilah Belati ini berukuran lebih tebal, dengan model ujung yang lancip dan juga melangkung.
4. Senjata Tradisional Badik Cangkingan
Badik Cangkingan adalah salah satu senjata tradisional asal daerah Betawi yang ada pada zaman dulu banyak dibawa bepergian oleh anak muda Betawi.
Kebiasaan seperti ini yaitu untuk kepentingan perlindungan diri saja, pada saat hendak bepergian jauh dari daerah rumah.
Senjata yang bentuk fisiknya berukuran kecil tersebut, sekilas mirip dengan bentuk rencong dari Aceh maupun Badik dari Sulawesi.
Karena biasa dibawa pada saat pergi dengan cara dicangking, senjata khas Betawi ini lalu disebut dengan istilah Badik Cangkingan.
Akan tetapi, ada juga yang membawa Badik Cangkingan ini dengan cara diselipkan pada sarung atau celana biasa.
Untuk pada jaman sekarang, senjata tradisional Betawi ini sudah banyak ditinggalkan dan juga kebanyakan hanya digunakan untuk pelengkap busana pengantin pria didalam upacara pernikahan adat Betawi.
Badik Cangkingan ini memiliki gagang yang dibuat dari bahan gading atau kayu yang keras, cincin yang terbuat dari bahan emas, perak maupun perunggu.
Sementara itu, pada bagian rangka dan sarung dibuat menggunakan bahan kayu yang keras dan juga dihias ukiran indah dan untuk bagian bilahnya dibuat dari campuran baja dan besi.
Baca juga: Senjata Tradisional Aceh
5. Senjata Tradisional Trisula Betawi
Pengaruh kebudayaan Hindu pada masa lampu, sudah banyak meninggalkan benda-benda bersejarah di Pulau Jawa, salah satunya yang ada di daerah Jakarta yang telah dihuni oleh masyarakat Betawi.
Salah satu peninggalan dari kebudayaan Hindu ini yaitu senjata Trisula yang merupakan salah satu senjata khas daerah Betawi.
Trisula ini tidak jauh berbeda dengan Trisula yang berasal dari daerah Palembang.
Hanya saja, pada Trisula Betawi ini mempunyai bilah pada bagian tengah yang cenderung berukuran lebih panjang, dan dua bilah di samping kanan dan kirinya berbentuk melengkung pada kedua ujungnya.
6. Senjata Tradisional Toya Betawi
Pada jaman dahulu, daerah Betawi terkenal mempunyai banyak jawara dan perguruan silat.
Makanya, tidak heran juga jika untuk senjata semacam Toya ini juga telah menjadi senjata tradisional untuk masyarakat Betawi.
Pada umumnya, senjata Toya Betawi seperti ini banyak dipakai oleh murid-murid pada perguruan silat sebagai alat untuk latihan.
Sedangkan jika dipakai untuk alat perlindungan diri, biasanya Toya Betawi dilengkapi dengan gerigi-gerigi kasar pada ujung-ujungnya, yang dapat memberi efek lebih besar jika dipukulkan kepada tubuh lawan.
Senjata ini dibuat memakai bahan utama bamboo atau kayu yang keras.
Jika digunakan untuk bertahan diri, Toya ini dipakai dengan cara menangkis serangan lawan.
Atau jika untuk melaksanakan serangan, Toya ini digunakan dengan cara disodok, digebuk maupun dipukul kepada lawan.
Biasanya, Toya Betawi ini mempunyai ukuran panjang yang tidak mencapai 2 meter atau dapat disesuaian dengan tinggi badan pemakainya dan juga usianya.
7. Senjata Tradisional Pisau Raut
Berikutnya, masyarakat Betawi juga mempunyai senjata tradisional lagi yang dinamakan dengan Pisau Raut Betawi, yang sekilas bentuknya mirip dengan senjata Badik.
Pada umumnya, pisau yang juga dikenal dengan nama Badi-badi ini, hanya dimiliki oleh rakyat biasa yang biasanya disebut dengan istilah sang Hulun.
Uniknya, senjata ini tidak termasuk di dalam barisan senjata untuk peperangan maupun perlindungan diri, akan tetapi hanya digunakan untuk keperluan sarana budaya saja.
Jika di jaman sekarang ini, Pisau Raut menjadi salah satu bagian aksesoris untuk pakaian pengantin adat Betawi.
Baca juga: Pakaian Adat Indonesia
8. Senjata Tradisional Cunrik Betawi
Bukan hanya kaum pria saja, pada zaman dahulu para perempuan Betawi tidak ketinggalan juga suka membawa senjata perlindungan diri pada saat bepergian.
Yang dapat membuatnya berbeda yaitu senjata tradisional Betawi yang biasa dibawa kaum perempuan ini mempunyai bentuk yang tidak lazim atau umum.
Senjata ini justru mempunyai bentuk yang mirip dengan aksesoris tusuk konde, namun cukup mematikan apabila ditusuk kepada tubuh lawan.
Nah, senjata tradisional Betawi secamam ini biasa dinamakan Cunrik.
Senjata ini dibuat dari bahan besi kuningan, dengan panjang yang tidak kurang dari 10 cm.
Biasanya, senjata Cunrik Betawi ini baru akan dipakai oleh para resi perempuan pada saat hendak membela diri, tetapi tidak ingin memperlihatkan kekerasannya.
Resi perempuan terkenak yang suka menggunakan Cunrik ini salah satunyai yaitu Buyut Nyai Dawit, yang merupakan pengarang Kitab Sanghyang Shikshakanda Ng Karesiyan pada tahun 1518 Masehi.
Setelah wafat, beliau kemudian dimakamakan di Pager Resi Cibinong.
9. Senjata Tradisional Beliung Gigi Gledek
Senjata Beliung merupakan salah satu senjata tradisional Betawi yang bentuknya mirip dengan kapak, dengan mata yang menyilang kea rah gagang.
Adapun bentuk dari mata kapak ini dibuat dari jenis batuan yang asalnya dari jaman Neolithikum atau sekitar 300-400 tahun silam.
Beliung Gigi Gledek ini ditemukan pertama kali di sekitar Condet, lewat sebuah proses penggalian yang telah dilangsungkan pada tahun 1970-an.
Hal ini semakin kuat dengan adanya fakta arkeologis yang telah menyebutkan bahwa daerah Condet sudah sejak lama telah dihuni orang, sejak sekitar 3500 tahun silam.
Tokoh-tokoh asli Betawi yang pernah memakai senjata ini di antaranya yaitu Batara Katong atau Wak Item. Dan Salihun yang merupakan pimpinan kelompok Si Pitung.
Pada zaman dahulu, selain alat untuk perlindungan diri, Beliung Gigi Gledek ini juga digunakan sebagai alat perkakas untuk memotong kayu.
Tidak hanya itu, senjata Beliung ini juga dapat dimanfaatkan untuk menjalankan aksi perampokan maupun untuk membantu pelarian dengan cara memanjat pagar tembok.
10. Senjata Tradisional Rotan
Senjata tradisional Rotan ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan Toya Betawi.
Hanya saja, senjata Toya ini lebih banyak digunakan untuk permainan Seni Ketangkasan Ujungan sebagai alat pemukul.
Banyak dugaan muncul jika dari seni Ujungan ini asal mula berkembangnya aliran beladiri ini.
Rata-rata, Rotan ini mempunyai panjang sampai 70-100 meter saja, dimana kedua ujungnya dapat disisipkan barang-barang tajam misalnya pecahan logam atau paku.
Hal ini dapat bertujuan untuk bisa melukai tubuh lawan, di mana sasarannya dibatasi dari hanya sebatas pinggang ke bawah, terutama pada bagian tulang kering dan juga mata kaki.
Senjata yang mulai berkembang dengan seiring digelarnya pertunjukan Seni Ketangkasan Ujangan ini, lalu mengalami beberapa perubahan.
Misalnya di dalam hal ukuran, yang hanya sepanjang 70-80 cm saja, dan tidak lagi menggunakan paku dan juga pecahan logam di ujungnya pada saat melasungkan pertandingan yang bersifat hiburan.
Paku dan juga pecahan logam ini hanya dapat dipasang kembali ketika senjata Rotan digunakan lagi untuk berperang melawan musuh.
11. Senjata Tradisonal Kerakel
Kerakel merupakan salah satu senjata tradisional asal Betawi, yang sebenarnya merupakan akronim dari istilah Kerak Keling.
Awal mula munculnya senjata tradisional Kerakel ini yaitu ketika terjadi sebuah perkembangan untuk senjata Rotan Ujungan.
Hal ini dapat membedakan senjata ini dengan Rotan Ujungan yaitu bentuknya lebih pipih dan juga ukuran yang lebih pendek, hanya sekitar 40-60 cm saja.
Untuk orang-orang Betawi yang menempati Rawa Belong, lebih mengenal senjata ini dengan nama Blangkas.
Senjata Kerakel ini dibuat dari bahan olahan baja hitam yang dinamakan dengan kerak keeling, yang lalu dibakar dan dicor menjadi batang pemukul yang bentuknya pipih.
Pada umumnya, setiap ujung dari senjata pemukul ini berbentuk tajam, yang dikenakan sebagai alat penusuk.
Pada jaman dahulu, para jawara Betawi biasanya menggunakan dengan lapisan kain, agar genggamannya tidak terasa licin.
Sementara itu, pada bagian gagangnya sendiri dibuat dari bahan ringan seperti timah.
Sekilah bentuk dari Kerakel ini tidak jauh beda dengan bentuk kikir, yang merupakan alat perkakas yang digunakan untuk mengerut besi.
Tetapi, di akhir abad ke-17 Masehi, banyak orang Cina yang telah memodifikasi Kerakel ini menjadi sebuah bilah yang bermata dua, yang disebut Ji-Sau, yaitu kata “Ji” yang artinya dua, sementara kata “Sau” berarti Bilah.
Seiring dengan perkembangan waktu, kata Ji-Su ini lama-lama dikecapkan jadi Pi-Sau oleh lidah masyarakat Betawi, sekalipun Pi-sau berarti bermata satu.
Baca juga: Tari Jaipong
12. Senjata Tradisional Siku-siku
Senjata tradisional Siku-siku adalah salah satu senjata tradisional Betawi yang dibuat dengan susunan dua besi, yang posisinya saling menyiku atau menyilang.
Karena itu, jenis dari senjata ini biasanya digunakan secara berpasangan, dengan ujung yang tajam langsung mengarah kepada lawan.
Selain memiliki bentuk yang saling menyiku, senjata ini juga tidak jauh berbeda dengan senjata belati.
Hanya saja, yang dapat membedakan kedua senjata ini terletak pada bentuk batang dan juga sisi-sisinya.
Jika belati ini dibuat dengan batang yang pipih serta kedua sisinya tajam, berbeda dengan siku-siku yang dimana batangnya dibuat bulat dan mempunyai ujung yang runcing.
Menurut pendapat beberapa orang Betawi yang mengerti sejarah, Siku-siku sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Betawi, bahkan jauh sebelum Golok ditemukan dan juga digunakan sebagai senjata tradisional.
Konon, pada zaman dahulu, Siku-siku ini hanya dimiliki oleh para jawara, karena senjata jenis ini termasuk sangat berbahaya dan juga dapat digunakan menusuk seseorang.
13. Senjata Tradisional Punta
Senjata tradisional Punta adalah salah satu jenis senjata tradisional Betawi yang dibuat dengan panjang antara 15-20 cm.
Sebagai salah satu senjata jenis tusuk, Punta adalah senjata pusaka yang juga dapat difungsikan sebagai lambang perbedaan strata sosial, karena senjata jenis ini tidak pernah digunakan untuk keperluan pertarungan.
Jika di wilayah Jawa Barat, senjata ini biasa dikenal dengan nama Kujang.
Hanya saja, untuk bentuk dan juga motif, senjata Kujang mempunyai jenis yang lebih bervariasi.
Penutup
Nah, itulah sedikit penjelasan tentang senjata tradisional Betawi yang sampai sekarang masih dijaga dan dilestarikan. Selain itu kesakralannya masih saja dipertahankan sampai saat ini karena mengandung nilai filosofis yang tinggi.
Oleh karena itu, yuk ikut serta di dalam menjaga salah satu warisan budaya dan juga ikut menjaga salah satu identitas bangsa, khususnya yaitu identitas warga Betawi minimal ikut berpartisipasi dalam mengenalkan salah satu hasil kebudayaan yakni senjata tradisional.
Demikianlah penjelasan pada artikel ini, semoga bermanfaat dan semoga dapat menambah wawasan. Terimakasih sudah berkenan berkunjung ke website kita ini..