Tari Reog Ponorogo – Dari sekian banyaknya tari tradisional yang ada di Negara Indonesia ini, Tari Reog Ponorogo ini merupakan salah satu dari beberapa tari yang biasa ditampilkan di publik, mulai tingkat lokal, nasional, sampai internasional.
Oleh karena itu, tidak perlu untuk ditanyakan lagi apabila kesenian tari tradisional dari daerah Jawa Timur ini sudah banyak dikenal.
Namun, apakah kalian yakin sudah benar-benar mengenal Tari Reog Tersebut?
Jika belum, yuk kita simak penjelasan dari restuemak.com tentang tari Reog Ponorogo, lengkap dengan penjelasan, sejarah, gerakan, dan masih banyak lagi!
Table of Contents
Pengertian Reog Ponorogo
Reog Ponorogo merupakan salah satu kesenian tradisional Jawa Timur. Salah satu seni pertunjukkan yang kentalm dengan hal-hal yang berbau mistis dan juga ilmu kebatinan yang diketahui berasal dari Kabupaten Ponorogo. Oleh karena itu lebih populer dengan sebutan Reog Ponorogo.
Identitas dari reog pun sangat melekat dengan kabupaten yang berbetasan langsung dengan Jawa Tengah ini. Selain telah mendapatkan julukan Kota Reog atau Bumi Reog, pernak-pernik dari reoh pun banyak dijumpai, termasuk di gerbang pintu masuk Ponorogo.
Sebetulnya, selain di daerah Ponorogo, istilah dari Reog juga dapat mewakili nama dari kesenian yang berada di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di daerah Jawa Barat, reog merupakan nama dari kesenian tradisional Sunda yang dibawakan oleh empat orang dengan memainkan gendang.
Adapun di daerah Jawa Tengah ada sebuah kesenian reog yang berasal dari Kabupaten Brebes yang dapat dimainkan oleh dua orang bertopeng. Sayangnya seni reoh yang ada di kedua provinsi ini sudah menjadi pertunjukan yang sulit untuk dijumpai karena jarangnya permintaan tampil.
Baca juga: Upacara Adat Jawa Timur
Sekilas Sejarah Tari Reog Ponorogo
Terdapat beberapa versi yang berkembang tentang sejarah seni reog di daerah Jawa Timur. Cerita populer yang telah melatarbelakangi Reog Ponorogo merupakan cerita Tentang Pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi atau Raja Majapahit ke-15.
Selain itu disebabkan juga oleh kuatnya pengaruh istri raja yang berasal dari daerah Tiongkok, pemberontakan ini juga dipicu oleh pemerintahan yang korup.
Ki Ageng Kutu kemudian meninggalkan Majapahit dan mendirikan sebuah Perguruan yang mengajarkan seni bela diri kepada kaum muda termasuk juga Ilmu Kekebalan Diri dan juga Ilmu Kesempurnaan.
Karena sadar pasukannya terlalu sedikit jika harus melawan beberapa pasukan kerajaan, maka pesan politis dari Ki Ageng Kutu ini disampaikan melalui seni Reog. Secara tidak langsung, pertunjukan seni reog tercipta sebagai “sindiran” kepada Raja Kertabhumi.
Pagelaran dari Reog menjadi cara dari Ki Ageng Kutu untuk membangun perlawanan masyarakat lokal memakai kepopuleran Reog. Topeng Singa Barong ini dapat disimbolkan sebagai Raja Kerabhumi.
Sedangkan di atas topeng ini sudah ditancapkan kipas raksasa. Kipas ini yang terbuat dari bulu-bulu merak sebagai salah satu simbol kuatnya pengaruh cina terhadap raja Majapahit.
Adapun Jathilan oleh para penari gemblak yang mengisyaratkan kekuatan pasukan kerajaan, sebagai perbandingan kontras dengan warok. Dalam hal ini, warok yang berada di balik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu.
Warok sudah menjadi pengambaran tentang perjuangan seorang diri Ki Ageng Kutu tersebut. Dapat digambarkan bahwa ia menopang berat topeng singa barong yang beratnya dapat mencapai lebih dari 50 kg, hanya dengan memakai giginya.
Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian Reog oleh Ki Ageng Kutu ini pun semakin populer. Hal ini disebabkan karena Raja Kertabhumi menyerang perguruan Ki Ageng Kutu sampai pemberontakkan dapat diatasinya.
Meskipun perguruannya telah dilarang untuk mengajar tentang warok, murid-murid dari Ki Ageng Kutu tetap saja melanjutkannya secara diam-diam. Adapun beberapa kesenian reog ini sendiri masih boleh untuk dipentaskan karena sudha menjadi salah satu pertunjukn populer di masyarakat.
Reog ini boleh saja ditampilkam namun dengan jalan cerita yang mempunyai alur baru.di dalam pementasannya ditampilkan beberapa karakter dari cerita rakyat Ponorogo yakni Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Pada saat ini alur cerita resmi dari Reog Ponorogo yaitu cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat untuk melamar putri Kediri Dewi Ragil Kuning. Di sebuah tengah perjalanan ia dicegat atau dihadang oleh Raja Singabarong dari Kediri yang berpasukan merak dan singa.
Dari pihak Kerajaan Ponorogo ada Raja Kelono yang wakilnya Bujang Anom. Keduanya tersebut dikawal oleh warok seorang pria yang berpakaian hitam-hitam dalam tariannya. Menariknya, warok yang dimaksud tersebut mempunyai ilmu hitam yang sangat mematikan.
Seluruh tarian yang ada di dalam Reog Ponorogo adalah tarian perang antara kerajaan Kediri dan kerajaan Ponorogo. Kedua kerajaan tersebut saling beradu ilmu hitam. Pada umumnya pada penari dalam keadaan “kerasukan” saat mementaskan tariannya.
Baca juga: Senjata tradisional Jawa Timur
Makna Dan Fungsi Tari Reog Ponorogo
Seperti yang sudah sedikit saya jelaskan diatas, bahwa tarian ini pada awalnya digunakan untuk menyindir seorang raja yang selalu berada dibawah hasutan istrinya. Maka dapat disimpulkan bahwa tarian ini mempunyai makna untuk tidak boleh terus menerus dibawah perintah orang lain, kita harus dapat mempunyai pendirian sendiri.
Selain dari makna tersebut, tarian ini juga mempunyai beberapa fungsi yang terkandung di dalamnya. Fungsi-fungsi yang terdapat di dalam tarian reog Ponorogo antara lain sebagai berikut ini:
a. Media hiburan atau sebagai pertunjukan.
b. Aspek sosial budaya.
c. Aspek ekonomi.
d. Sebagai pemersatu antara masyarakat.
Selain itu dapat dijadikan sebagai media hiburan, pementasan tari reog ini juga dapat meningkarkan kualitas dan nama baik kampung halamannya, khususnya di daerah Ponorogo.
Baca juga: Pakaian Adat Jawa Timur
Jenis Tarian Tari Reog Ponorogo
Ketika penampilan tari reog Ponorogo ini sendiri terdapat 3 janis tarian di dalamnya, yaitu berupa tari pembuka, tari inti dan juga tari penutup. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah penjelasannya:
A. Tarian Pembuka
Pada jenis tarian pembuka ini umumnya akan dibawakan oleh 8 orang penari pria dengan memakai kostum atau busana serba hitam dengan muka yang di poles dengan warna merah. Para penari pada bagian ini umumnya digunakan untuk menggambarkan sosok singa yang pemberani.
B. Tarian Inti
Setelah pada bagian tari pembuka sudah selesai, maka akan dilanjutkan dengan tarian ini dari kesenia tari reog. Untuk isi dari tarian ini sendiri tergantung pada sebuah acara yang sedang diselenggarakan.
Misalnya saja seperti acara pernikahan, maka yang akan ditampilkan yaitu dengan percintaan. Sementara apabila acaranya sebuah hajatan khitanan, maka yang akan ditampilkan yaitu cerita tentang seorang pendekar.
C. Tarian Penutup
Pada bagian tarian penutup ini akan diisi sebuah adegan topeng singo barong, dimana untuk para penarinya akan memakai topeng yang berbentuk singa. Toepng singo barong ini kurang lebih mencapai 50-60 kg dan akan dibawa oleh para penari dengan cara digigit dengan giginya tersebut.
Masyarakat telah percaya bahwa yang membawa topeng ini mempunyai kemampuan spiritual misalnya puasa dan juga tapa.
Untuk pola lantai yang dikenakan dalam tari reog Ponorogo ini yaitu pola lingkaran.
Baca juga: Tarian Jawa Tengah
Para Pemain Tari Reog Ponorogo
Pada saat pementasan tari reog Ponorogo ini tidak akan diisi oleh para penari yang mempunyai peran dan sebutan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang mengisi tarian ini antara lain sebagai berikut ini:
1. Jathil
Jathil merupakan salah satu tokoh yang berperan untuk menggambarkan dari prajurit berkuda yang merupakan salah satu tokoh dalam kesenian reog ini.
2. Warok
Tokoh warok atau wewerah yang artinya seorang yang telah memberikan tuntunan dan juga perlindungan tanpa pamrih dan bertekad diri.
3. Barongan (Dadak Merak)
Berongan atau dadak merak ini merupakan peralatan dari tari merak dalam kesenian reog Ponorogo. Topeng kepala harimau ini yang terbuat dari kerangka kayu, bambu dan rotan ditutupi dengan kulit harimau gembong.
Di tambah juga dengan hiasan bulu merak yang sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik-manik atau tasbih.
Sementara untuk krakap yang terbuat dari kain beludru ini adalah aksesoris dan juga tempat menuliskan identitas groub reog. Topeng barongan atau dadak merak ini mempunyai panjang 2,25 meter, lebar 2,30 meter dan juga beratnya hampir 50-60 kilogram.
4. Klono Sewandono
Klono sewandono adalah salah satu penggambaran dari seorang raja sakti mandraguna, tampan dan juga mempunyai pusaka andalah yaitu Cemeti Klino Sewandono atau Raja Kelono.
Pusaka ini sangat ampuh sekali yang dapat disebut dengan Pecut Samandiman, kemanapun raja ini pergi akan selalu membawa pusaka tersebut.
5. Bujang Ganong (Ganongan)
Patih Bujangga Anom atau Bujang Ganong ini merupakan salah satu tokoh seorang patih muda yang sangat cekatan, berkemauan keras, jenaka, sakti dan juga cerdik. Tokoh ii sangat enerjik dan kocak, serta mempunyai keahlian dalam seni bela diri yang sangat hebat.
Baca juga: Tari Topeng
Pola Lantai Dan Ragam Gerak
Terdapat tiga pola lantai yang biasa digunakan dalam pementasan tari Reog Ponorogo, yakni pola lantai lingkaran, pola lantai melengkung dan juga tidak beraturan.
Sedangkan untuk ragam geraknya ini sendiri dapat terbagi dalam empat jenis, antara lain sebagai berikut ini:
1. Gerak Dasar Tari Jathil (Watak Prajurit)
Lari/jalan nyongklang/congklang, jalan drap di tempat, loncatan, sembahan, gejukan, tanjakan, polah kaki, jalang lenggang di tempat dan juga edreg, dengan cara memutar telapak tangan di samping telinga atau ukel karno, lampah tiga, bumi langit (jathil/warok,klana sewandana), seblak kanan dan seblak kiri atau lawung dan juga gladhen peperangan atau kanuragan.
2. Gerak Dasar Tari Bujang Ganong (Watak Lucu, Lincah, Akrobatik)
Besut, sembahan, gerakan lucu atau gecul, jalan dobel loncat, ragam incengan, lampah telu atau trecet, bapangan, akrobatik, gejuk menggol, dan juga jalan dobel loncat masuk.
3. Gerak Dasar Tari Klono Sewandono (Watak Gagah)
Sabetan (3×8), jalan gagah atau lumaksana gagah, besut, trecet, kiprah, ukel karno, lumaksana ombak banyu tipis, ogek lambung, banteng gambol, bumi langit, coklekan nimbang, coklekan plipis, sabetan trisik, dhadat atau philesan, wuyung atau gandrungan dan juga tumpang tali.
4. Gerak Dasar Merak
Ukel prapatan, ukel merak edrek, ukel merak nothol, uker merak kalangan, lampah jongkok atau brangkangan dan juga kebatan berdiri.
Baca juga: Tari Merak
Properti Tari Reog Ponorogo
Selain properti utama yang berupa dadak merak atau topeng barongan, tarian reog Ponorogo juga mempunyai properti tambahan lainnya. Total properti yang dikenakan yaitu ada 14 macam, jika ditambah dengan barongan atau dadak merak berjumlah 15 penari. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalan penjelasan tentang properti sebagai berikut:
a. Jarit atau Jarik
Jarit atau jarik adalah salah satu properti yang biasanya dikenakan oleh para penari reog Ponorogo. Properti ini akan dikenakan oleh para penari yang berperan sebagai pembarong, wark, jathilan dan juga Prabu Kelono Sewandono.
Jarit atau jarik merupakan sebuah kain bermotif batik dengan berbagai macam jenis dan juga coraknya. Sedangkan untuk motif jarik yang dikenakan dalam tarian reog Ponorogo ini bernama jarit parang barong.
Properti yang harus digunakan dengan cara yang baik, misalnya harus mewiru jarit menjadi 3 wiruan. Lalu melipat jarit menjadi 2 sisi sama panjang yang mana wiruan akan nampak dari luar.
Jarit ini berfungsi untuk dapat melilitkan bagian pinggang para penari reog Ponorogo tersebut.
b. Udheng
Udheng adalah salah satu properti yang dikenakan oleh para penari jathil pada bagian kepala. Untuk jenis udheng yang dikenakan ini adalah udheng yang bernama tapak dara atau gadhung melati.
c. Celana
Para penari tari reog Ponorogo umumnya akan mengenakan celana kepanjen yang berwarna dasar hitam. Celana ini umumnya terbuat dari bahan kain beludru berbordir monte emas pada bagian bawah, dan panjangnya hanya mencapai batas lutut atau paha.
d. Samir dan Bara-Bara
Properti Samir dan bara-bara adalah jenis perlengkapan yang pasti dikenakan oleh para penari reog Ponorogo tersebut. Kedua properti ini berbahan dari kain beludru dengan tambahan bordiran emas pada tengah bagian. Samir dan bara-bara ini bentuknya hampir sama dengan anak panah dengan segitiga lancip pada bagian bawahnya.
Ujung Samir dan juga bara-bara ini sendiri mempunyai bagian ujung yang bergomyok, dan pada bagian hiasan monte emas terdapat hiasan payet dengan beraneka ragam warna. Akan tetapi bara-bara memiliki desain yang terbelah pada bagian bawahnya.
e. Stagen Cinde
Properti pada stagen cinde yang biasa disebut dengan cinde merah merupakan jenis kain sutera panjang yang berwarna merah yang dikenakan sebagai selendang pengikat. Properti ini mempunyai ukuran panjang kurang lebih 4 meter dengan lebar 20 cm.
Pada biasanya stagen cinde ini mempunyai motif batik dengan kombinasi warna tertentu misalnya warna hijau dan kuning. Properti ini umumnya akan dikenakan oleh penari reog yang memerankan pemarong atau Prabu Kelono Sewandono.
f. Epek Timang
Properti epek timang adalah jenis perlengkapan yang biasa dikenakan oleh para penari reog Ponorogo ini. Epek timang sendiri mempunyai bentuk seperti sabuk dengan bahan dasar kain beludru, dan diberikan hiasan bordie emas dengan timang yang berwarna putih.
Bukan hanya sebagai aksesoris saja, epek timang ini juga berfungsi sebagai ikat pinggang dan juga tempat sampur.
Baca juga: “Tari Jaipongan”
g. Sampur
Properti sampur meupakan jenis properti yang berupa kain mirip dengan selendang yang terdiri dari 2 macam warna yaitu merah dan kuning. Pada masing-masing ujung sampur tersebut bergeyombok atau mempunyai renda greji dengan warna emas.
h. Hem
Hem yang biasa dikenakan oleh para penari reog Ponorogo ini yaitu lengan panjang dengan warna putih mengkilap. Warna putih mengkilap ini tidak akan tembus pandang jika terkena oleh cahaya lampu pementasan tersebut.
i. Gulon Ter
Gulon ter ini adalah jenis properti yang terbuat dari kain beludru dengan hiasan greji yang berwarna kuning emas. Properti ini umumnya dikenakan oleh para penari pada bagian pundak yang berfungsi sebagai hiasan di sekitar kerah baju.
Gulon ter ini mempunyai makna sebagai penggambaran karakteristik seorang prajurit.
j. Kace
Properti kace merupakan jenis properti kalung hiasan yang terbuat dari kain beludru dengan hiasan greji yang berwarna kuning emas. Selain itu ada juga jenis payet yang dapat menghiasi kace dengan beraneka macam warna, misalnya warna merah, hijau dan ungu
k. Srempang
Properti srempang ini sama halnya dengan properti kece, yaitu berupa hiasan yang dikenakan pada bagian bahu pada tarian reog Ponorogo, lebih tepatnya yaitu di bagian lengan kanan. Srempang ini memiliki bagian ujung yang dikancingkan pada bagian pinggang kiri.
Srempang ini memiliki hiasan emas greji yang berwarna kuning emas, serta bergerombyak atau mempunyai renda yang berwarna senada.
l. Cakep
Cakep adalah salah satu hiasan pada para penari reog Ponorogo pada bagian pergelangan tangan. Cakep ini dapat berbentuk hampir sama dengan gelang yang dikenakan pada bagian tangan kanan dan kiri penari.
Properti ini mempunyai pengait berwarna merah dan diberi hiasan greji kuning emas pada bagian sisi mukanya. Selain itu, cakep ini terbuat dari bahan dasar kain beludru dan berhiaskan beberapa payet yang berwarna cerah, misalnya warna merah, kuning dan hijau.
m. Binggel
Binggel adalah salah satu gelang kaki yang dikenakan oleh para pemain tari reog Ponorogo. Binggel ini digunakna secara sepasang dengan warna kuning emas. Terdapat juga beberapa hiasan corak warna cokelat atau hitam pada bagian tengah gelang secara horizontal.
n. Eblek
Properti terakhir yang dipakai dalam setiap pementasan tarian reog Ponorogo yaitu eblek. Eblek merupakan kuda lumping yang berwarna putih yang dapat dikenakan oleh pemeran jathilan dalam tarian khas Jawa Timur ini.
Properti eblek dapat digambarkan sebagai seekor kuda putih dengan mata layaknya sedang marah.
Baca juga: Tarian Aceh
Penyajian Reog Ponorogo
Di dalam pertunjukannya, awal mula reog ini dibuka oleh 2-3 tarian pembuka. Tarian pertama ditarikan oleh 6-8 orang penari pria berpakaian serba hitam yang lebih menggambarkan sosok singa yang pemberani. Penampilan berikutnya biasanya diisi oleh Tari Jaran Kepang.
Tari Jaran Kepang atau Jathilan ini dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda mainan dari anyaman bamboo atau dapat disebut dengan kuda lumping.
Pada pementasannya, setelah kedua tarian diatas, terkadang juga diikuti dengan penampilan Tari Bujang Ganong atau Ganongan.
Ganongan ini dapat dibawakan oleh seorang anak kecil yang umumnya beradegan lucu dan menggemaskan. Kemudian baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung dengan kondisi di mana seni reog ini ditampilkan. Tidak seperti kesenian yang lain, adegan Reog Ponorogo tidaklah mengacu pada scenario yang sudah tersusun rapi.
Dapat dipastikan akan selalu ada interaksi antara pemain dan dalam. Bahkan tidak untuk menutup kemungkinan penonton juga ikut serta. Tidak jarang dari seorang pemain yang sedang pentas, oleh karena kelelahan harus digantikan dengan pemain lainnya.
Penampilan dari Singo Barong merupakan adegan penutup dari kesenian ini. Penarinya menggunakan topeng yang berbentuk kepala singa bermahkota bulu-bulu merak.
Menariknya, berat dari topeng ini yang mencapai 50-60 kilogram itu ditpang hany menggunakan gigi penari yang membawakannya. Kemampuan dalam membawakan topeng selain diperoleh dengan latihan berat, juga telah dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual misalnya puasa dan tapa.
Baca juga: Tarian Bali
Penutup
Nah, mungkin hanya itu saja informasi yang dapat saya berikan untuk kalian semua tentang salah satu kesenian tari tradisional dari Indonesia, yaitu Tari Reog Ponorogo yang berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur.
Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat membantu menambah pengetahuan kalian semua. Cukup sekian dari restuemak.com untuk kalian dimanapun Anda berada, dan jngan lupa untuk share kepada teman-teman kalian agar mereka mengerti kesenian reog Ponorogo ini.
NB: “Copy Artikel tidak masalah yang penting sertakan Sumber“
Sangat bermanfaat! Aku suka!