Tari Gantar: Sejarah, Busana dan Penuh Khas Mitos yang Melegenda!!

Tari Gantar – Di daerah Kalimantan Timur ada sebuah tarian yang sangat populer, khususnya yang berada di Kabupaten Kutai Barat, yakni Tari Gantar Dayak.

Tarian ini adalah salah satu tarian pergaulan muda mudi. Milik dari Suku Dayak Tunjung dan juga Dayak Benuaq.

Tarian ini khas sekali dengan suku Dayak ini, menggambarkan kegembiraan serta keramah-tamahan. Umumnya, dipakai untuk menyambut tamu yang disegani di hormati. Di dalam pagelarannya, para tamu lalu diajak turut serta menari bersama.

Yuk, langsung saja disini restuemak.com akan sedikit berbagi informasi tentang Tari Gantar tersebut:

Sejarah Dan Makna Tari Gantar

Tari Gantar

Sejarah dan juga makna dari Tari Gantar sudah ada sejak dulu dan juga sudah dipercayai oleh masyarakat terutama dari Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung.

Mitos ini mengatakan bahwa Tari Gantar terlahir dari sebuah cerita yang berasal dari Negara di atas awan, yaitu Negeri Dewa Nayu.

Negeri ini sudah dipercaya menjadi rumah untuk para Dewa Nirwana yang dapat disebut dengan Oteng Doi. Suatu hari di dalam Oteng Doi, terjadi sebuah peristiwa buruk yang telah melibatkan keluarga dewa.

Keluarga dewa ini yaitu Oling Bayat dan juga Oling Besi yang mempunyai dua orang putri yang bernama Dewi Bela dan juga Dewi Ruda. Mereka sudah hidup damai sampai akhirnya datanglah Dolonong Utang Doloning Payang.

Dewa Dolonong Utak ini dengan niat jahatnya membunuh Oling Besi demi untuk mempersunting istrinya. Sadisnya lagi, pembunuhan itu terjadi di depan kedua putri mereka dan akibat ketakutan tersebut akan terjadi hal buruk lainnya sang istri dewa pun menerima ajakan menikah ini.

Namun dengan demikian, kedua putri Oling Besi tidak dapat menerimanya dan kemudian menyimpan dendam selama bertahun-tahun. Ketika sudah dewasa, mereka pun kemudian menyusun rencana untuk dapat melenyapkan Dolonong Utak.

Sampai suatu hari, mereka pun dapat membunuh Dolonong Utak dengan menggunakan sumpit saat sang dewa sedang beristirahat. Setelah menyadari bahwa Dolonong Utak tidak lagi bernyawa, kedua putri tersebut lantas menari dan bersuka cita.

Kejadian ini telah diketahui oleh manusia yang mempunyai kemampuan berhubungan dengan dunai dewa, yaitu Kilip. Dewi Bela dan juga Dewi Rudah pun kemudian mendatangai Kilip agar dapat menjaga rahasia itu dan jangan sampai para dewa Negeri Oteng Doi mengetahuinya.

Kilip setuju dengan adanya syarat kedua dewi harus mengajarinya tarian yang sudah mereka lakukan ketika bersuka cita tersebut.

Lalu, Kilip mendapatkan tongkat dan juga sepotong bamboo dan akhirnya tarian ini diberi nama dengan Tari Gantar yang bermakna tongkat atau sumpit.

Baca juga: Tarian Khas Kalimantan

Mitos dalam Tari Gantar

Tari Gantar

Seperti halnya dengan tarian tradisional dari daerah lain, Tari Gantar ini pun mempunyai mitos yang mengiringi kemunculannya.

Mitos ini dari sejak dahulu sangat dipercaya oleh Suku Dayak Benuaq dan juga Dayak Tunjung.

Telah diceritakan bahwa Tari Gantar ini lahir dari sebuah cerita yang berasal dari sebuah negeri di atas awan, yaitu Negeri Dewa Nayu.

Negeri ini telah diyakini menjadi tempat tinggal para Dewa Nirwana yang bisa disebut dengan Oteng Doi.

Di dalam negeri Oteng Doi atau negeri para dewa, suatu ketika terjadi sebuah peristiwa yang buruk yang telah melibatkan keluarga dewa, yaitu Oliang Bayatn dan juga Oling Besi.

Dewa ini mempunyai seorang dua orang putri yaitu Dewi Bela dan Dewi Ruda.

Keluarga dewa ini dapat hidup damai sampai datang seorang dewa yang berniat jahat bernama Dolonong Utang Dolonong Payang.

Sang dewa Dolonong Utak ini membunuh Oling Besi demi untuk mempersunting istr Oling Besi. Kejadian ini terjadi langsung di depan mata kedua putri Oling Besi dan sang istri yang takut pada akhirnya menerima ajakan menikah tersebut.

Namun kedua putri dari Oling Besi tidak dapat menerimanya dan kemudian menyimpan dendam.

Hari pun berganti hari, Putri Oling Besi sekarang pun sudah tumbuh dewasa dan kemudian menyusun rencana untuk melenyapkan Dolonong Utak yang menikahi ibu nya tersebut.

Sampai suatu ketika, terlaksanalah keinginan dari kedua putri Oling Besi ini untuk melenyapkan Dolonong Utak ketika sedang beristirahat dengan memakai sumpit.

Setelah mengerti bahwa Dolonong Utak sudah tidak bernyawa kemudian kedua putri tersebut lantas menari-nari dan bersuka cita atas peritiwa tersebut.

Kejadian ini akhirnya telah diketahui oleh manusia yang mempunyai kemampuan utnuk berhubungan dengan dunia Dewa, orang tersebut bernama KIlip.

Karena hal ini, Dewi Bela dan juga Dewi Ruda mendatangi Kilip agar tidak menceritakannya pada dewa-dewa yang berada di Negeri Oteng Doi tersebut.

Kemudian Kilip pun mengajukan syarat bahwa kedua dewi tersebut harus mengajarinya tarian yang kedua dewi ini lakukan ketika peristiwa bersuka cita.

Selain itu Kilip juga mendapatkan tongkat dan juga sepotong bamboo, serta diberikan nama tarian tersebut dengan nama Tari Gantar yang mempunyai makna tongkat atau sumpit.

Baca juga: Tari Lampung

Awal Mula Tarian Gantar Dayak

Tari Gantar

Pasa zaman dahulu Tari Gantar ini hanya dibawakan pada saat upacara adat saja, terutama perayaan upacara tanam padi. Dalam tarian adat ini selalu memakai properti sebagai pelengkap dari tarian yaitu sebagai tongkat kayu dan juga bamboo.

Tongkat ini berguna untuk membuat lubang pada tanah yang dikenakan untuk menanam benih, sedangkan untuk bambu sebagai tabuh benih untuk dapat menyimpan padi sebelum ditanam.

Gerakan kaki pada tarian Gantar dapat menggambarkan cara menutup lubang di dalam tanah setelah diinjak memakai tongkat. Tarian ini dibawakan dengan cara suka cita dan juga harapan agar hasil panen berlimpah.

Tari Gantar umumnya dibawakan secara bergantian antara Suku Dayak Benuaq dan juga Suku Dayak Tunjung.

Namun, ada beberapa versi lain yang mengatakan bahwa Tari Gantar ini adalah salah satu tarian yang sakral karena hanya boleh dibawakan untuk menyambut kepulangan para pemuda dari medan perang.

Properti sumpit dalam tarian ini dapat diberi hiasan tengkorak musuh, sedangkan untuk properti dari bambu kecil dipakai sebagai pelengkap gerak lainnya.

Baca juga: Tari Aceh

Gerakan dalam Tari Gantar

Tari Gantar

Gerakan dalam Tari Gantar ini dapat didominasi oleh gerakan kaki. Pada awalnya dalam sejarah dan juga makna Tari Gantar, gerakan dari tarian ini terbagai menjadi 3 jenis yang terdiri sebagai berikut ini:

1. Gantar Rayat

Gantar Rakyat hanya memakai satu alat saja yakni sebuah kayu atau tongkat panjang yang pada ujungnya diikat dengan sebuah tengkorak manusia kemudian dibungkus dengan kain merah.

Para penari menari berkeliling sembari menyanyi dan pada pinggang mereka masing-masing diikatan Mandau. Pada saat mereka tak memegang tongkatnya, para penari lalu ngelewai gerakan yaitu seperti melambaikan tangan yang sesuai dengan irama.

2. Gantar Busai

Di dalam Gantar Busai, para penari membawa sepotong bambu yang akan diisi dengan biji-bijian pada tangan kanan. Sedangkan untuk tangan kiri kosong melambai-lambai sesuai dengan irama yang ada.

Bambu yang dikenakan umumnya berukuran 50 cm dan kemudian diberi gelang dua belas buah sampai menimbulkan bunyi gemerincing ketika bergerak.

Jumlah dari gantar ini disesuaikan dengan jumlah penari yang iktu dalam tarian tersebut. Para penari ini menari dengan berkelompok dan kadnagkala Ngloak, yaitu menari sambil saling memupuk muka para penari lain dengan memakai pupur basah.

3. Gantar Kusak dan Senak

Gantar Kusak Senak ini sama halnya dengan nama para penarinya yang memakai dua alat tari yaitu Senak dan Kusak.

Sneak dan juga Kusak ini yaitu tongkat dan bambu yang di dalamnya berisi sebuah biji-bijian sampai ketika menari menimbulkan bunyi yang nyaring. Kusak ini dipegang pada tangan kanan dan juga telapak tangan membuka kemudian juga dengan siku ditekuk.

Senak umumnya berukuran antara 1 sampai 1,5 cm, sedangkan untuk Kusak berukuran 30 cm, lalu diisi dengan biji-bijian dan kemudian pada ujungnya ditutup dengan Ibus atau semacam penutup.

Jenis gerakan dari Gantar Kusak dan Senak inilah yang sekarang dikenal sebagai Tari Gantar dan telah mengalami perkembangan mulai dari pola gerak lantai, gerak, level penggarapan sampai iringan tari yang dapat disesuaikan berdasarkan pada kondisi maupun situasi pada saat ini.

Pada masa sekarang ini. Tari Gantar biasa difungsikan sebagai salah satu tarian penyambutan tamu kehormatan, terutama yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Negara Indonesia ini memang kaya akan budaya, selain sejarah dan juga maknda dari Tari Gantar, anda juga dapat mempelajari sejarah dari Tarian adat Kalimantan yang lainnya.

Baca juga: Tarian Bali

Busana Tari Gantar

Tari Gantar

Tata busana di dalam Tari Gantar ini menggunakan kostum atau busana dan juga atribut yang unik. Berikut ini adalah penjelasan detail dari busana tari gantar tersebut:

1. Baju Atasan

Baju atasan yang berupa model blus tanpa adanya lengan dengan rumbai-rumbai pada pinggirannya dan juga bentuk leher baju yang berbentuk bundar dengan kancing di depan.

Bahan dari baju ini umumnya dari kain tenun ulap dayo atau kain polos, yang di dapat dari suku Dayak Benuaq yang mendiami di Tanjung Isuy.

Penari tersebut juga dapat mengganti kain tersebut dengan kebaya panjang maupun setengah lengan yang berbahan kain tenun.

2. Ta’ah

Busana bawahan yang memakai kain Ta’ah atau Sela selebar dua kali lingkar pinggang sang penari Tari Gantar tersebut.

Kain ini dapat dihiasi dengan uang logam maupun kadangkala di setiap pinggirnya dapat ditempelkan kain perca warna-warni. Untuk bahannya bisa dari kain polos maupun kain tenun doyo.

3. Hiasan kepala

Hiasan kepala para penari memakai aksesoris yang biasa disebur dengan Labung yang mempunyai ukiran khas.

Selain itu juga, para penari juga pada umumnya menggunakan seraung atau sebuah topi lebar dengan hiasan pada bagian atas yang ditambahkan rumbai-rumbai berjuntai.

Untuk tambahan aksesoris lainnya, yakni kalung dan juga gelang yang terbuat dari manik-manik atau dari batu.

Baca juga: Pakaian Adat Kalimantan Timur

Penutup

Demikianlah sedikit penjelasan informasi dari restuemak.com tentang Tari Tradisional Gantar sebagai salah satu tarian yang berasal dari Kutai Kutai Barat, Kalimantan Timur dan juga betapa masyarakatnya begitu memuliakan para tamu.

Tarian ini rutin dipentaskan setiap ada penyelenggaraan acara adat, baik itu secara resmi maupun tidak.

Semoga dengan adanya artikel diatas dapat menambah wawasan anda semuanya tentang Tari Gantar ini, Sekian dan Terima Kasih.

Tari Gantar

Leave a Comment