Tari Tanggai: Pengertian, Sejarah, Keunikan, Gerakan dan Fungsinya

Tari Tanggai – Di Negara Indonesia, tari yang berfungsi sebagai tari penyambutan cukup banyak sekali macamnya. Setiap daerah memilikinya, beberapa diantaranya ada yang mempunyai lebih dari satu tarian penyambut tamu. Di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Ada tarian Tanggai sebagai salah satu tarian penyambutannya.

Sebagai salah satu tarian penyambutan, Tanggai telah hadir menggambarkan keramahan dan juga rasa hormat masyarakat Palembang kepada para tamu. Di dalam prakteknya, Tari Tanggai ini umumnya dipertunjukkan dalam upacara pernikahan adat Palembang yang mewakili ungkapan selamat datang kepada tamu yang sudah memenuhi undangan.

Dalam hal ini, tarian ini mempunyai banyak kesamaan dengan Tari Gending Sriwijaya yang juga adalah tari penyambutan khas daerah empek-empek ini.

Perbedaanya terletak pada jumlah para penari Tanggai yang biasa dibawakan oleh 5 penari, sementara itu untuk Gending Sriwijaya dibawakan oleh 9 penari dnegan perlengkapan yang lebih lengkap.

Yuk, simak langsung penjelasan dari restuemak.com tentang Tari Tanggai ini.

Pengertian Tari Tanggai

Tari Tanggai

Tari tanggal merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari banyaknya kesenian tari di Indonesia, yaitu dari kota Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini umumnya dipentaskan untuk menyambut para tamu yang sudah hadir memenuhi para undangan.

Tarian ini sendiri sudah menggambarkan keramahan dan juga rasa hormat para penduduk Palembang atas kedatangan sang tamu tersebut. Di dalam gerakan tarian ini telah mengandung sebuah makna tersembunyi yaitu ucapan selamat datang dari orang yang sudah mengadakan upacara kepada para tamu.

Tarian ini merupakan hasil kombinasi antara seni musik tradisional dan juga gerakan yang lemah lembut dengan busana khas daerah. Sehingga dapat membuat para penarinya terlihat lebih cantik pada saat pementasan.

Gerakan yang luwes dan juga kelentikan jemari para penari yang dapat menggambarkan betapa tulusnya tuan rumah dalam memberikan penghormatan kepada para tamunya.

Keserasian dari lagu pengiring yang berjudul “enam bersaudara” ini dengan dikombinasikan gerakan gemulai para penari menggambarkan kehangatan kehidupan para masyarakat Palembang.

Pemberian nama tari tanggai ini dapat disebabkan oleh para penari yang membawakan tarian ini semuanya memakai tanggai yang dipasangkan di delapan jari kecuali pada jari jempol.

Tanggai sendiri merupakan benda yang terbuat dari perak atau kuningan yang selanjutnya dipasangkan pada ujung jari tangan.

Keindahan dan juga kekuatan dari tari tanggai ini terletak pada tanggai atau kuku palsu yang dikenakan oleh para penarinya.

Tarian tanggai ini mempunyai fungsi selain sebagai media hiburan dan juga penyambutan yaitu sebagai media pendidikan.

Pada tarian ini banyak orang yang sedang melihatnya akan mengetahui keindahan budaya yang ada di daerah Palembang dan juga mempelajari bagaimana tarian ini dilakukan.

Baca juga: Tarian Jawa Tengah

Asal Usul Dan Sejarah Tari Tanggai

Tari Tanggai

Sebenarnya tidak ada yang mengetahui ini secara persis, tentang kapan dan juga bagaimana sejarah Tari Tanggai ini bermula.

Namun jika didasarkan pada sumbernya, asal usul tari tanggai ini bermula dari adanya ritual persembahan dari masyarakat Budha di daerah Sumatera Selatan terhadap Dewa Siwa.

Jadi tidak heran lagi karena Palembang memang menjadi pusatnya kerajaan Budha terbesar pada masaitu, yaitu Kerajaan Sriwijaya di bawah kekuasaan Wangsa Syailendra.

Dengan para pimpinannya tersebut raja-raja yang mayoritas manganut Agama Budha Mahayana.

Apalagi dengan adanya pengaruh budaya Tionghoa yang terasa begitu kental dalam tariannya.

Dapat menyebabrkan terjadinya akulturasi budaya antara masyarakat asli dengan pembawa agama Budha dari China, sehingga tarian ini hampir sama dnegan tarian yang ada di sana.

Salah satu jenis tarian tradisional yang sudah tergolong tua ini awalnya lebih disakralkan dan juga disucikan, karena memang berfungsi untuk mengantarkan sesembahan ke dewa-dewi para penganut Budha tersebut.

Sebab itu bentuknya berupa tari persembahan, maka tidak boleh sembarangan untuk ditarikan.

Kelengkapan dari persembahan ini sudah termasuk sesajen yang isianya meliputi beraneka macam Bunga dan juga buah.

Itulah sebabnya tarian tanggai ini lalu diajarkan secara turun-temurun, untuk dapat melaksanakan pemujaan dan juga persembahan tersebut.

Sayangnya, sebuah aturan yang tidak memperbolehkan para penari untuk menari turun pada masa penjajahan Belanda.

Ketertarikan mereka untuk dapat menarikannya muncul, karena hanya laki-laki saja yang telah diperbolehkan untuk membawakannya.

Tarian ini mulai dibawakn bersama dengan properti berupa tanggai dan sekapur sirih kira-kira pada tahun 1920 silam.

Namanya bahkan mempunyai sedikit perbedaan, yakni Tari Tanggai atau Tari Tepak.

Tari Tanggai ini kembali diangkat sebagai salah satu tarian penyambutan oleh kerja sama antara Elly Rudi dan Anna Kumari, karena Palembang tidak memiliki tarian penyambutan tamu kehormatan Negara sejak masa itu.

Sementara itu, penamaan dari tari tanggai ini sendiri berangkat dari aksesoris yang berupa kuku palsu atau tanggai yang dipasahkan di delapan jari (kecuali dua ibu jari) pada penarinya.

Baca juga: Tarian Maluku

Pakaian atau Kostum Penari

Tari Tanggai

Salah taru poin yang dapat dipakai untuk membedakan kemiripan antara Tari Gending Swijata dengan Tari Tanggai yaitu pada busana atau kostum para penarinya.

Penari Gending Sriwijaya ini berbusana baju aesan, mengenakan mahkota besar dengan warna emas, dengan ikatan selendang mantra pada bagian pinggang.

Sementara itu untuk pakaian penari Tanggai meliputi bawahan yang berupa kain songket, dengan atasnnya yaitu dodot.

Kendati demikian, ada 4 macam penataan busana atau kostum yang dikenakan dalam pertunjukan Tari Tanggai, antara lain sebagai berikut ini.

1. Aesan Dodot

Aesan Dodot saat digunakan oleh para penari tanggai antara lain sebagai berikut ini:

a. Bunga urai

b. Cempako

c.Gelang gepeng

d. Gelang kano

f. Gelang sempuru

g. Gelung malang

h. Kalung kebo munggah

i. Kemben songket

j. Pending

k. Selempamg

l. Sewet songket

m. Sumping

n. Sundur

o. Teratai

2. Aesan Pak Sangkong

Aesan Pak Sangkong dalam pementasan tari tanggai antara lain sebagai berikut ini:

a. Baju kirung belutdru

b. Bunga uarai

c. Cempako

d. Gelang

e. Gelang gepeng

f. Gelang sempuru

g. Gelung malang

h. Kalung kebo mungga

i. Kelapo setandan

j. Pak sangkong

k. Selendang

l. Sewet songket

m. Sumping

n. Sundur

o. Suri / sisir

p. Teratai

Baca juga: Tari Manuk Dadali

3. Aesan Gede

Penampilan Aesan Gede untuk penari tari tanggai antara lain sebagai berikut ini:

  • Cempako
  • Kalung kebo mungga
  • Kasuhun
  • Kecak bahu
  • Kembang urai
  • Kemben songket
  • Galang gepeng
  • Gelang kano
  • Gelang malang
  • Gelang sempuru
  • Pending
  • Selempang
  • Sewet songket
  • Sumoing
  • Sundur
  • Suri / sisir
  • Teratai

4. Selendang Mantri (Aesan Gandik)

Aesan Gandik tari tanggai antara lain sebagai berikut ini:

  • Gelang kano
  • Gelang malang
  • Gepeng sempuru
  • Kalung kebo mungga
  • Kembang sempuru
  • Kembang songket
  • Selendana
  • Sewet somgket
  • Sumping
  • Sundur
  • Suri / sisir
  • Teratai

Busana atau kostum tersebut di atas, digunakan sesuai dengan tema acaranya pada saat itu.

Memerhatikan baik-baik situasi dan juga kondisi yang ada pada saat pementasan Tari Tanggai akan dilaksanakan.

Misalnya, penari tidak boleh menggunakan Aesan Gede pada saat acara resepsi pernikahan, karena pengantinnya sudah menggunakan Aesan Gede.

Maka dari itu penari pun mesti memakai Aesan Mantra, Pak Sangkong dan juga Dodot, dengan motif yang berupa Songket dalam tarian ini.

Sehingga beberapa kombinasi paduan antara busana ini dan juga gerakan tariannya dapat menambah nilai estetika dalam tarian ini.

Baca juga: Tarian Reog Ponorogo

Properti Tari Tanggai

Tari Tanggai

Pakaian atau busana yang dikenakan oleh para penari lalu akan dilengkapi dengan properti khas daerah Palembang, yaitu pending, dadat, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ranai, tajuk cempoko, kembang goyang dan juga tanggai yang terpasang di kedelapan jemari tangan para penari tersebut.

Perlengkapan yang ada pada penari Tanggai ini umumnya lebih sederhana, apabila dibandingkan dengan yang digunakan oleh penari Gending Sriwijaya.

Sejumlah properti di antaranya ini cukup diutamakan dalam pertunjukannya, sampai wajib untuk digunakan.

Penjelasan dari beberapa properti wajib tarian ini di antaranya sebagai berikut ini:

1. Kain Songket

Kain ini adalah sebuah kain tenunan tradisional yang sudah termasuk dalam golongan kain brokat dari masyarakat rumpun melayu, misalnya Brunei, Indonesia dan juga Malaysia.

Namanya tradisional, tentu cara pembuatannya yaitu penenuan manual dengan tangan, yang dimana bahannya yaitu benang perak dan juga emas.

Benang yang berbahan dasar logam metalik ini jelas akan dapat memberikan efek kilauan cemerlang dan tentunya mewah.

Tidak hanya digunakan oleh penari tanggai, Kain Songket ini pun digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat menghadiri acara-acara yang bersifat resmi.

2. Kalung

Perhiasan yang biasa digunakan oleh penari tanggai ini umumnya terbuat dari bagan logam mulai, misalnya perak, platina atau bahkan sebuah emas.

Kadangkan juga ada beberapa yang membuatnya dengan bahan berupa permata, intan atau dari serangkaian mutiaran yang sangat cantik.

Dengan demikian, bahan pembuatan dari kalung ini juga semakin bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman.

Misalnya seperti hal nya dari bahan tembaga, keramik, besi, kerang, perunggu, rotan, sampai plastik.

Bentuk umum dari kalung ini seperti rantai, kadang ada juga beberapa tambahan liontin atau bandul sebagai salah satu pemanisnya.

3. Kembang Goyang

Penggunaan dari Kembang Goyang dalam bentul sanggul yaitu di kepala penari.

Perhiasan ini akan dapat ikut bergerak-gerak pada saat penari membawakan tariannya, karena pegas di dalamnya.

Bahan yang digunakan untuk membuatnya yaitu dari tembaga, kuningan, emas atau perak.

Terkadang ada juga tambahan berupa batu permata agar semakin mewah.

Selain itu juga, Kembang Goyang juga ada yang dikenakan sebagai pelengkap dari pakaian adat Bali, Pakaian Adat Jawa dan juga Pakaian Adat Sunda.

4. Kuku Palsu (Tanggai)

Tanggai merupakan semacam hiasan kuku palsu yang berbentuk panjang meruncing yang kemudian dipasangkan pada ujung jari tangan.

Benda yang biasanya terbuat dari bahan tembaga, kuningan atau perak inilah yang dapat menambah kesan identic pada jari-jemari seorang penari tersebut, sehinggai gemulai sekali gerakannya tampak lebih indah.

Bahkan, keindahan dan juga kekuatan tari ini sebetulnya berasal dari tanggai atau kuku palsu yang digunakan oleh para penarinya.

5. Tepak

Tepak tentu merupakan salah satu properti wajib yang harus dibawa oleh salah satu penari dalam tarian ini.

Kendati demikian keberadaan dari properti ini dapat membuat Tari Tanggai ini sedikit sampai dengan tari Sekapur Sirih dari Jambi.

Benda ini sendiri adalah kotak persegi panjang, yang diisi dengan hidangan misalnya daun sirih, tembakai, pinang, gambur dan tentunya kapur.

Semuanya itu menjadi suguhan untuk para tamu yang akan pada pada masa lampau, karena itu memang sebagaimana kebiasaan dari masyarakatnya yang masih suka dengan mengunyah sirih atau nyirih.

Sirih ini dapat menyimbolkan penghormatan kepada sang tamu, bahwa masyarakt Palembang siap menerimanya.

Kapur sirih yang dibawakan oleh para penari ini sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu sirih jadi dan juga sirih tidak jadi.

Sekarang, isiannya tersebut dibuat menjadi coklat, permen atau bahkan camilan lainnya.

Bentuk dari beberapa properti tarian ini yang biasa disebutkan di atas sudah kian modern pada saat ini.

Setting Panggung

Tari Tanggai

Perbedaan berikutnya antara tari Gending Sriwijaya dan juga Tari Tanggai ini dari aspek pengaturan panggung terletak juga pada jumlah penarinya.

Pementasan dari Tari Ganding Sriwijaya ini dapat dibawakan oleh 9 penari, sedangkan untuk Tari Tanggai hanya dapat dilakukan oleh 5 penari saja.

Kendati demikian pada umumnya dipentaskan oleh gadis-gadis remaja, akan tetapi untuk anak-anak di kota Palemabang pun juga dapat membawakannya sekarang ini.

Walaupun memang pada masa sekarang ini Tari Tanggai secara dasarnya adalah tarian berkelompok, akan tetapi untuk pementasannya tetap perlu untuk melihat kondisi di tempatnya.

Yang terpenting yaitu dari jumlah penari harus selalu ganjil.

Baca juga: Pakaian Adat Sumatera Selatan

Ragam Gerakan

Tari Tanggai

Tarian Tanggai ini sudah sering kali dipentaskan dalam beragam acara adat di daerah Palembang selama ini.

Keindahannya dapat diperoleh dari melihat gerakan gemulai pada busana daerah yang khas oleh penarinya.

Bahkan pada setiap gerakannya ini mempunyai nama masing-masing yang berdasarkan pembagiannya, antara lain sebagai berikut ini:

1. Nama-Nama Gerak

a) Gerak sembah, yang terbagi:

Sembah saat berdiri

Sembah saat duduk

b) Gerak Borobudur dibagi dalam:

Borobudur ketika berdiri

Borobudur ketika duduk

c) Gerak Kecubung, yang terdiri atas:

Kecubung dalam posisi berdiri kanan dan kiri

Kecubung dalam posisi duduk kanan dan kiri

d) Gerak Tabor atau Tabur dalam duduk kanan dan kiri.

e) Gerakan Siguntang Mahameru, dalam posisi duduk kanan dan kiri.

f) Gerakan Mendengar, yang dibagi atas:

Mendengar posisi berdiri kiri dan kanan

Mendengar posisi duduk kiri dan kanan

g) Gerak Tutur Sabda, yang hanya menampilkan satu gerakan dalam posisi tutur sabda, yakni saat duduk saja.

h) Gerakan Tolak Bala, dilakukan dalam posisi berdiri kiri dan kanan.

i) Elang Terbang, yang terdiri dari:

Elang Terbang dalam posisi berdiri

Elang Terbang dalam posisi duduk

j) Gerak Jalan Keset, hanya menampilkan satu gerakan pada posisi berdiri.

k) Gerak Jalan Jijit, juga hanya menunjukkan satu gerakan.

l) Gerak Duduk Momjong

m) Gerak Duduk Tafakur

n) Gerak Kaki Tunjang

o) Gerak Kaki Sambar

p) Gerak Memohon

q) Gerak Nyumping

r) Gerak Tumpang Tali

Baca juga: Tari Saman

Struktur Penyajian Gerakan

Tari Tanggai

Susunan dari Tari Tanggai ini lazimnya yaitu pengembangan dari rangakaian atau motif dari gerakan tersebut, menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk sebuah struktur tarian yang solid.

Struktur gerakannya ini sendiri terbagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut ini:

A. Gerakan Awal

Penari masuk dengan gerakan dalam posisi sembah,

Gerakan borobudur dalam posisi hormat,

Gerakan sembah saat berdiri.

Gerak Sembah Atas penari tari tanggai

Melakukan jalan keset,

Kecubung berdiri pada bawah kanan,

Kecubung pada bawah kiri,

Kecubung berdiri pada atas kanan,

Kecubung pada atas kiri,

Diakhiri dengan ukur benang.

B. Gerak Pokok

Gerak Tepuk Tanah dalam gerak pokok tari tanggai

Dimulai dari tutur sabda,

Sembah posisi duduk,

Gerak Sembah tari tanggai dalam posisi sujud

Tabur bunga saat duduk kanan dan kiri.

Memohon pada duduk kanan,

Kecubung saat posisi duduk kanan dan kiri,

Stupa pada kanan dan kiri,

Melakukan tutur sabda,

Gerakan borobudur lagi,

Ditutup dengan ulur benang.

C. Gerak Akhir

Gerak Tangan Tumpuk dalam gerak akhir tari tanggai

Berawal dari tolak bala dalam posisi berdiri pada kanan dan kiri,

Dilanjutkan dengan Nyimpang atau nyumping posisi berdiri kanan dan kiri,

Kemudian gerakan mendengar berdiri kanan dan kiri,

Selanjutnya penari melakukan tumpang tali,

Berikutnya alur atau ulur benang dalam posisi berdiri kanan dan kiri,

kemudian posisi sembah saat berdiri,

Gerakan borobudur lagi saat berdiri,

Diahiri dengan borobudur dalam posisi hormat atau terhormat.

Para penari Tanggai ini akan dapat terlihat lebih anggun, pada saat gerakan-gerakan yang sedemikian gemulai di atas dipadukan dengan busana daerah yang khas.

Ketulusan dari tuan rumah yang memberikan suatu penghormatan kepada para tamu ini juga dapat ditunjukkan melalui kelenturan atau keluwesan gerakn dan lentiknya jari pada setiap penari tersebut.

Baca juga: Tari Lampung

Pola Lantai

Tari Tanggai

Tari Tanggai ini telah menerapkan pola lantai yang berupa huruf V, Horizontal dan juga melingkar.

Untuk pola lantai huruf V, kaitannya yaitu dengan posisi melengkung atau lebih tepatnya meruncing, karena merujuk pada huruf V yang dibentuk oleh 5 orang penari tersebut.

Iringan Lagu Dan Musik

Tari Tanggai

Komponis penyaji musik iringan untuk tarian ini yaitu dengan cara mengerjakan iringan musik yang menggabungkan sejumlah isntrumen.

Ada dua elemen dalam jenis musik pengiringnya, yakni bunyi alat musik yang dimainkan berkelompok sampai seolah membentuk orchestra dan juga syair lagu daerah.

1. Lirik atau Syair Lagu

Dendangan syair yang berasal dari sebuah lagu daerah bernuansa melayu ini dapat dibawakan oleh seorang penyanyi atau sinden yang mengiringi Tarian Tanggai ini.

Syair ini adalah lagu yang berjudul “enam bersaudara”.

Demikian memang tidak ada yang mengetahui siapa pengarangnya secara pasti, akan tetapi sampai sekarang ini sudah begitu populer di kalangan penduduk Sumatera Selatan, terutama di daerah Palembang.

Lagu ini merupakan perlambang untuk masyarakat Palembang yang hidupnya harmonis.

Kombinasi yang serasi ini antara “enam bersaudara” dan juga gerakan yang gemulai oleh para penari menjadi gambaran hangatnya kehidupan penduduk Palembang.

Untuk itu, berikut ini merupakan lirik dari lagu enam bersaudara tersebut, antara lain sebagai berikut:

Lemah lembut … lemah lembut,

Tangan gemulai … gemulai,

Jari-jari yang menari halus semampai

Lemah lembut … lemah lembut,

Tangan gemulai … gemulai,

Jari-jari yang menari halus semampai

Anak dara yang manis,

Bidadari rupawan sedang asyik manari tari tanggai

Anak dara yang manis,

Bidadari rupawan sedang asyik manari tari tanggai

Lirik versi lainnya:

Kami lah ini Sembilan

Putri dari Kota Palembang

Mewakili daerah Batanghari Sembilan

Sekapur sirih kami sembahkan

Sebagai penghantar kata

Adat-peradat leluhur kita Sriwijaya

Lengkap dengan peredongan

Lengkap dengan tepak

Dengan pakaian adatnya

Kebesaran Syailendra…

Lengkap dengan peredongan

Lengkap dengan tepak

Dengan pakaian adatnya

Kebesaran Syailendra…

Kami lah ini Sembilan

Putri dari Kota Palembang

Mewakili daerah Batanghari Sembilan

Sekapur sirih kami sembahkan

Sebagai penghantar kata

Adat-peradat leluhur kita Sriwijaya

Lengkap dengan peredongan

Lengkap dengan tepak

Dengan pakaian adatnya

Kebesaran Syailendra

Lengkap dengan peredongan

Lengkap dengan tepak

Dengan pakaian adatnya

Kebesaran Syailendra…

2. Alat Musik

Lagu yang sudah menjadi pengiring dari Tari Tanggai ini diiringi oleh alat musik tradisional Palembang misalnya biola, gendang, akordion dan gong, serta alat musik terbangan atau sejenis rebana.

Bunyi atau suara yang telah dihasilkan melalui alat musik ini difungsukan untuk dapat mengatur irama sekaligus juga menjadi identitas dalam kebudayaan Melayu.

Dengan demikian, tidak jarnag pula instrument musik yang lebih modern misalnya orgen tunggal atau band yang sudah dimanfaatkan dalam pementasan tarian ini pada masa sekarang.

Karena jika kita kembali lagi, akan tetap tergantung pada yang mempunyai hajat.

Baca juga: Tarian Kalimantan

Makna Tarian

Tari Tanggai

Ada beberapa makna atau arti tersembunyi yang terkain dengan ungkapan selamat datang dari orang yang mempunyai hajat dan mengadakan upacara kepada para tamu yang diwakilkan dalam kandungan setiap gerakan tarian ini.

Karena tamu yang diibaratkan raja ini memang harus selalu diperlakukan sebaik mungkin, bagi masyarakat Palembang.

Keramah dan juga rasa hormatnya tergambarkan melalui pemberian sekapur sirih kepada para tamu-tamu kehormatan yang terpilih, dalam salah satu bagian tarin oleh salah satu penari tanggai tersebut.

Pemberian ini dapat menyimbolkan, bahwa tamu tersebut sudah diterima dengan baik oleh masyarakat Palembang yang begitu terbuka.

Fungsi Tari Tanggai

Tari Tanggai

Secara garis besar, pementasan dari tari Tanggai ini berfungsi untuk menyambut para tamu yang sudah memenuhi undangan atau dapat juga dipertontonkan dalam upacara pernikahan adat Palembang.

Sekarang ini seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini dapat dipertontonkan juga dalam beragam-macam acara resmi organisasi, festival budaya, acara kedinasan yang mendatangkan pejabat Negara, dan juga pergelaran seni di berbagai sekolah.

Jasa pergelaran yang lengkap dengan sebuah kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan juga sudah banyak disediakan oleh sanggar-sanggar seni yang berada di Palembang.

Berikut ini adalah penjelasan beragam fungsi lain pementasan Tari Tanggai, hasil dari perkembangannya pada masa kini, antara lain sebagai berikut ini:

1. Sebagai Lambang atau Simbol Dalam Penyambutan Tamu Kehormatan

Tari Tanggai yang sudah difungsikan sebagai Lambang atau Simbol dari Penyambutan Tamu Kehormatan.

Tari Tanggai Palembang ini selalu ditampilkan dalam perayaan hari-hari besar maupun beragam acara lainnya.

Tarian ini akan ditampilkan sebelum acara resmi tersebut dimulai, tepatnya yaitu usai tamu kehormatan yang telah hadir dalam suatu acara sudah duduk pada tempat yang sudah disediakan.

Akan selalu ada seorang penari utama dalam tarian Tanggai untuk keperluan fungsi lain.

Sembari membawa tepat, salah satu seorang penari didampingi oleh dua penari dengan pridon atau tempat mengeluarkan sirih akan menyerahkan tepak yang berisi dua macam sebagai tanda menghormati para tamunya.

Pertama yaitu Sirih Jadi atau sirih yang sudah diramu.

Isinya akan meliputu kapur, pinang dan juga ramuan gambir berbungkus dauh sirih dan juga tembakau.

Kedua yaitu Sirih Tak Jadi atau Sirih Mentah, yaitu bahan-bahannya sama, hanya saja akan diramu oleh tamu itu sendiri.

Pemberian dari kapur sirih ini melalui beberapa tarian semacam ini memang sudah biasa, karena meliputi tanda hormat untuk tamu yang datang, untuk masyarakat Palembang pada masa lampau.

2. Sebagai Sarana Upacara Dalam Adat Perkawinan

Fungsi Tari Tanggai dalam acara pesta perkawinan ini kurang lebih memang sama, karena memang pada dasarnya adalah tarian penyambutan tamu sebelum suatu acara terutama acara resmi dimulai

Tuan rumah dan juga keluarga yang memliliki hajat atau pesta, menyuguhkan Tarian Tanggai ini untuk memberikan rasa hormat dan juga ungkapan terima kasih atau kehadiran tersebut.

Pembedanya yaitu pada susunan penari.

Di dalam upacara adat pesta perkawinan, para penari akan diikuti oleh pengantin dan juga keluarga mempelai untuk memasuki gedung resepsi pernikahan.

Penari yang berada di barisan paling depan ini, diikuti sepasang pendamping penari yang sejajar dengannya, lalu disusul oleh dua pendamping pengantin (biasanya anak-anak usia 7-11 tahun) baru diikuti oleh orang tua pengantin besera sanak family.

Penari Tanggai ini terus berada di depan sambil mengantarkan pengantin sampai ke pelaminan.

Setelah sepasang pengantin duduk di pelaminan, para penari baru memulai tariannya sebagai rasa hormat terhadapat kehadiran para tamu.

Sebuah acara pesta perkawinan lazimnya menampilkan Tari Tanggai ini sekitar pukul 11.00-20.00 WIB, tergantung juga dengan keinginan keluarga yang mempunyai hajat atau pesta.

3. Sebagai Hiburan

Fungsi Tari Tanggai yang sebagai media hiburan selalu dipentaskan pada setiap penyelenggaraan acara adat, baik itu secara resmi maupun tidak, tak kalah jauh berbeda dengan fungsinya sebagai tarian pertunjukkan.

Di samping dapat memberikan kesenangan kepada tamu yang telah hadir (penonton), tarian ini juga telah menawarkan kenikmatan tersendiri untuk para penari.

Tari Tanggai dapat menjadi penghibur bagi diri seorang penari itu sendiri, karena kegiatan yang dilaksanakan memang mampu untuk memberi perasaan senang dan juga kepuasan.

Tarian ini bahkan sudah menjadi media hiburan untuk rakyat, alih-alih sebatas dibawakan dalam sejumlah acara formal.

Rakyat tentu dapat mengetahui kemudian, bagaimana keindahan setiap gerakan yang ditarikan dengan kepiawaian sang penari dalam membawakan tarian tersebut.

4. Sebagai Legitimasi

Tari Tanggai sebagai fungsi legitimasi ada di dalam upacara perkawinan masyarakat kota Palembang.

Dengan kata lain, syarat dari kelengkapan resepsi perkawinan akan dianggap kurang terpenugi, apabila tidak mementaskan Tari Tanggai ini.

Nantinya, pengantin ini akan memasuki gedung atau tempat resepsi manapun, diiringi oleh para penari yang berjalan sedemikian pelan dalam resepsi tersebut.

Dan pada waktu pengantin ini memasuki gedung, para tamu undangan akan berdiri untuk memberi hormat.

5. Sebagai Media Pendidikan

Selain dengan adanya unsur hiburan, Tari Tanggai ini tentunya menawarkan juga unsur pendidikan.

Setiap orang akan dapat mengetahui betapa indahnya kebudayaan yang berada di Palembang dan juga mempelajari seluk-beluk dari tarian ini melalui apa yang mereka lihat pada tiap-tiap gerakannya.

Para penari pun dapat mengembangkan kepekaan perasaanya terhadap nilai-nilai estetika melalui tarian ini, memperkaya jiwa, dan juga jelas secara langsung mengenal warisan budaya di tanah kelahiran sendiri.

Diharapkan juga, kehidupan harian mereka adalah cerminan dari keluwesan dan kelembutan Tari Tanggai yang mereka bawakan.

Artinya, dampak positifnya akan dapat terlihat dalam tindak-tanduk mereka.

Keterampilan yang telah ditampilkan melalui tarian semacam ini akan dapat mempertebal juga kepercayaan terhadapt diri sendiri.

Baca juga: Tarian Jawa Tengah

Penutup

Demikianlah sedikit penjelasan informasi tentang Tari Tradisional Tanggai sebagai salah satu tarian penyambutan di Bumi Sriwijaya (Palembang), Sumatera Selatan, dan juga betapa masyarakatnya begitu memuliakan para tamu.

Tarian ini rutin dipentaskan setiap ada penyelenggaraan acara adat, baik itu secara resmi maupun tidak.

Tari Tanggai

Leave a Comment