Tarian Bali – Setelah pada pembahasan sebelumnya yaitu tentang, pakaian adat Bali, senjata tradisional Bali, dan juga suku bangsa Bali. Pada kesempatan kali ini, restuemak.com akan menyajikan artikel tentang tarian khas Bali yang tidak kalah unik dan juga populer dibandingkan dengan tarian tradisional lainnya.
Bali adalah salah satu destinasi wisata yang menjadi wajah Indonesia bagi para wisatawan mancanegara. Pulau Dewata ini telah menyimpan beragam kearifan lokal dengan keanekaragama budaya pada setiap sudutnya.
Salah satu dari warisan kebudayaan yang telah menjadi karakter Bali yaitu dari Tarian tradisionalnya. Hal ini dapat dilihat pada saat kita berkunjung ke Bali. Hampir dapat dipastikan, kita akan disuguhi dengan aneka jenis tarian khas Bali. Tarian ini dapat dibawakan oleh seluruh elemen masyarakat, baik itu orang tua, muda, laki-laki maupun perempuan.
Keelokan tari asli Bali Nampak dari gerakan, iringan musik, arti dan juga filosofi yang dikisahkan, kesakralan, nilai budaya, dan penggunaan kostum serta properti pada saat menari. Tari bali adalah pintu bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk lebih mengenal warisan luhur Pulau Dewata ini.
Oleh sebab itu, diperlukan beberapa perlakuan dan kesadaran untuk dapat menjaga eksistensi budaya Indonesia agar tetap lestari di masa mendatang. Seperti dengan menggelar pementasan saat upacara budaya dan keagamaan, sebagai sarana hiburan, ajang komunikasi masyarakat, dan juga mempelajari aneka tarian tradisional khas daerah masing-masing.
Table of Contents
Seni Tari
Seni tari adalah bagian dari sebuah kesenian dengan media ungkapan gerakan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menyampaikan pengertian seni tari yaitu salah satu bentuk kesenian yang mempunyai media ungkap atau substansi gerak melalui gerakan manusia.
Adapula pengertian lain tentang seni tari, seperti berdasarkan KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia yang telah menjelaskan bahwa seni tari ialah aliran seni yang berkaitan dengan gerak badan (tangan dan lainnya) yang berirama dan pada umumnya diiringi bunyi musik gamelan dan lainnya.
Substansi dasar di dalam tarian yaitu gerak. Namun gerak yang dimaksud bukan gerakan realistis atau keseharian, melainkan sebuah gerakan ekspresif. Gerak ekspresif adalah gerakan indah dan mampu untuk mempengaruhi perasaan melalui ritme tertentu.
Gerak indah tersebut tidak terbatas pada gerakan lembut atau halus, karena dapat juga gerakan kuat, kasar, keras, dan juga penuh tekanan dapat menghasilkan gerakan yang indah.
Baca juga : Tarian Jawa Timur
Tari Tradisional
Setidaknya ada lebih dari 117 tarian daerah yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Beberapa diantaranya bahkan sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia, misalnya tari Bali yaitu tari barong ket, tari baris, tari rejang, tari legong keraton, dan tarian lain sebagainya.
Tari tradisional merupakan suatu tarian yang berasal dari masyarakat daerah tertentu yang secara turun-temurun di wariskan serta sudah menjadi budaya asli masyarakat setempat.
Suatu tarian dapat dikategorikan sebagai salah satu tari tradisional jika mempunyai ciri misalnya berkembang secara turun-temurun, diiringi musik tradisional, dan juga berkembang di masyarakat umum.
Tari tradisional di Indonesia dibagi menjadi 3 jenis tarian, yakni tari klasik yang merupakan tari tradisional yang lahir di lingkungan kraton, hidup dan berkembang pada sejak zaman feudal, serta dapat diwariskan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Contohnya yaitu tari serimpi, tari bedhaya, tari bondan dan sebagainya.
Kemudian untuk tari kerakyatan atau folkasik adalah salah satu tarian tradisional yang lagi dari kebudayaan masyarakat lokal, hidup, dan berkembang di masa primitif serta diturunkan secara waris sampai saat ini. Misalnya yaitu tari polostom, bardin, dan juga erang.
Sedangkan untuk tari kreasi baru merupakan tarian klasik yang diubah dan dikembangkan sesuai zaman dengan cara mempertahankan nilai yang dimilikinya. Misalnya yaitu tari merak dan juga tari kupu-kupu.
Tarian Bali
Tarian adat tradisional Bali adalah salah satu warisan budaya dari leluhur yang sudah sebaiknya dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya para warga Bali itu sendiri.
Di dalam dunia pendidikan, tarian Bali harus terus dipelajari oleh murid serta guru. Jangan sampai dihilangkan atau malah dijauhkan dari dunia akademis. Jika ini nantinya terjadi, maka perlahan banyak warga Bali yang akan meninggalkan seni tari Bali tersebut.
Kita tidak dapat menepiskan bahwa , masifnya budaya asing akan terus menggempur Indonesia, masuk terus menerus dan kemudian mempengaruhi banyak remaja-remaja di Indonesia. Padahal kita paham betul bahwa belum tentu budaya asing lebih baik daripada budaya dalam negeri ini sendiri.
Hanya saja di dalam era globalisasi sekarang ini, kita tidak dapat mencegah informasi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Yang dapat kita lakukan yaitu memperkuat imunitas budaya nusantara agar tetap di gemari di masyarakat Indonesia.
Jenis-jenis Tarian Bali
Baiklah, tanpa berlama-lama lagi, langsung kita bahas satu persatu tentang ulasan dari tarian adat tradisional daerah Bali dan juga fakta yang harus diketahui oleh banyak orang.
1. Tari Kecak
Tari Kecak merupakan tarian tradisional Bali yang telah memadukan seni tari dan juga kisah drama, terutama yaitu kisah tentang lakon Ramayana. Hampir semua pemain utamanya yaitu laki-laki, kecuali Dewi Sita dan juga beberapa pengiring perempuannya.
Tari Kecak ini sendiri diciptakan dan dipopulerkan oleh Wayan Limbak bersama dengan seorang pelukis asal Negara Jerman yaitu Walter Spies pada tahun 1930 an.
Di dalam pertunjukan tarian ini menggunakan banyak penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan kata “cak” dan kemudian mengangkat kedua lengan, selain itu ada pula para penari utama yang menjadi lakon memerankan tokoh-tokoh Ramayana misalnya Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan juga Sugriwa.
Penggalan epos yang dilakonkan di dalam tari kecak merupakan kisah Ramayana saat barisan kera dan anoman membantu Rama melawan Rahwana. Para penari yang duduk melingkar tersebut memakai kain poleng atau kain motif kotak-kotak putih hitam layaknya papan catur melingkari pinggang mereka.
2. Tari Barong
Jika pada budaya Cina sering kita melihat pertunjukan aksi Barongsai, maka di daerah Bali juga mempunyai tari serupa yang bernama tari Barong.
Tarian ini dapat diperkirakan telah ada sebelum munculnya agama Hindu di Nusantara sehingga tarian ini adalah tari sakral yang hanya dapat dipentaskan pada upacara ritual tertentu. Kata Barong ini berasal dari kata “bahruang” yang berarti juga beruang.
Tari Barong dimainkan oleh 2 orang laki-laki yang bertindak sebagai bagian kepala serta bagian badan barong sehingga kelihatannya seperti binatang berkaki empat.
Ada beragam tari barong dengan fungsi dan juga tradisi yang berbeda, diantaranya yaitu tari barong macan, barong bangkal, barong gajah, barong asu, barong blasblasan, barong landing, barong keket atau ket.
Tari Barong yang biasa ditampilkan pada saat ini yaitu tari barong ket. Jenis tari barong ini mempunyai kostum dan juga gerak tari yang lengkap, bentuknya yaitu perpaduan antara binatang singa, sapi atau boma, dan macan.
3. Tari Cendrawasih Bali
I Gde Manik merupakan orang yang telah menciptakan tari cendrawasih dan pertama kali ditampilkan di subdistrik atau kecamatan Sawan di Kabupaten Buleleng pada tahun 1920an. Akan tetapi tari Cendrawasih yang biasa dipertunjukan pada masa kini merupakan hasil olahan koreografi oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang telah diaransemenkan pada penampilan pertamanya pada tahun 1988.
Tari Cendarwasih Bali menggambarkan keindahan dari burung Cendrawasih. Burung yang merupakan salah satu ikon di tanah Papua tersebut dalam masyarakat Bali dikenal sebagai Manuk Dewata.
Tari Cendrawasih ini dapat dipentaskan oleh 2 orang wanita yang berperan sebagai burung cendrawasih jantan dan juga cedrawasih betina. Gerak dari kedua burung ini ibarat seorang sepasang burung yang telah memadu kasih. Mereka meliuk-liuk layaknya sedang menari dan juga menyanyi ketika menjelang perkawinan.
4. Tari Kebyar Duduk Bali
Tari Kebyar duduk ini diciptakan oleh seorang maestro seni asal kabupaten Tabanan Bali pada tahun 1925 yang bernama I Ketut Mario. Tari kebyar duduk juga biasa disebut dengan tari Kebyar Terompong jika tarian ini dimainkan menggunakan instrument Terompong.
Tari ini dinamakan Kebyar Duduk karena sebagian besar gerak-gerakan tarinya dilakukan dalam posisi duduk dengan kedua kaki menyilang atau bersila.
Bagian dari gerak tari yang dapat dilakukan dengan posisi sulit yaitu setengah jongkok, dan juga terlihat unik ketika penari dapat bergerak melangkah atau berpindah tempat dengan begitu cepat.
Sama halnya dengan tarian Baris, tari Kebyar Duduk adalah tarian tunggal. Jika tari Baris mengilustrasikan gerakan para ksatria atau prajurit Bali pada umumnya. Dalam tarian Kebyar penekannya yaitu pada penari itu sendiri yang menginterpresentasikan nuansa musik dengan ekspresi wajah dan gerakan.
Pencipta dari tarian ini terdiri atas empat bagian, yakni kebyar, pepeson, pangandeng, dan juga pangecet. Tari Kebyar Duduk menggambarkan seorang pemuda yang menari dengan sangat lincah mengikuti irama gamelan.
5. Tari Topeng Bali
Tari topeng merupakan salah satu tari tradisional bali yang sakral bagi masyarakat bali. Jika kita berbicara tentang budaya tanah air, maka Indonesia mempunyai beberapa tari topeng, antara lain yaitu tari Topeng Cirebon dari Jawa Barat, Topeng Reog, Topeng Malang, Topeng Ireng, dan Tari Topeng lainnya.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa topeng telah ada di dunia sejak prasejarah. Aksesoris yang dipakai pada wajah ini juga dapat dimanfaatkan di dalam pertunjukan seni drama dan juga seni tari.
Pada masyarakat hindu bali keberadaan dari topeng sangat berkaitan erat dengan ritual keagamaan. Topeng Bali merupakan sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, pada umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat yaitu seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang telah merepresentasikan dewa-dewa sudah dipercaya mampu menganugrahkan ketentraman dan juga keselamatan.
6. Tari Puspanjali
Tari Puspanjali adalah tari penyambutan untuk para tamu kehormatan. Tarian ini dapat dipentaskan oleh penari putri dengan jumlah penari antara 5-7 orang dengan membawa bokoran atau piring tradisional yang berisi aneka kuntum bunga harum.
Tari Puspanjali dapat menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-gerak ritmis yang juga dinamis.
Puspanjali ini berasal dari kata puspa (bunga) dan Anjali (sambutan penghormatan). Tarian ini banyak mengambil inspirasi dari gerakan tarian Rejang, dan juga menggambarkan sejumlah gadis dengan penuh rasa hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka.
Tarian Puspanjali ini telah diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya (penata tari) dan I Nyoman Windha (penata tabuh pengiring) pada tahun 1989.
7. Tari Baris
Tari Baris adalah salah satu tari perang yang menggambarkan keperkasaan para prajurit atau ksatria. Tari Baris umumnya dipentaskan oleh 8 sampai 40 pria yang menggunakan pakaian tradisional para pejuang lengkap dengan ornament pada kepala, lamak, badog, awir, baju beludru, dan celana panjang.
Tari Baris adalah salah satu tarian sakral yang biasanya dipertunjukan pada moment-moment khusus di area pura. Di dalam peragaan tarinya, tari Baris diawali dengan gerakan yang hati-hati layaknya seorang prajurit yang sedang mencari musuhnya di daerah yang belum dikenal.
Ketika sampai di tengah panggung, para penari tersebut mulai berjinjit, bergerak lebih cepat dan dengan gerakan yang gesit berputar di atas satu kaki.
Masyarakat setempat telah percaya bahwa pementasan tari Baris di perayaan tertentu mempunyai kekuatan magis para dewa dewi dan juga leluhur turun di dunia untuk memberi berkat. Jadi tarian ini dipersembahkan untuk mereka sebagai pertunjukan serta rasa syukur..
Baca Juga : Pakaian Adat Sumatera Utara
8. Tari Janger Bali
Tari Janger ini sudah muncul di era tahun 1930 an, tarian ini muncul dilator belakangi oleh nyanyian bersahut-sahutan dari orang-orang yang memetik kopi.
Nyanyain sahut-sahutan tersebut mempunyai tujuan untuk menghapuskan rasa lelah pada saat memanen biji kopi. Nyanyian sederhana inilah yang kemudian telah berkembang dan menjadi inspirasi terciptanya tari Janger.
Tari Janger ini dimainkan secara berpasangan dengan jumlah penari 10 sampai 16 orang, lalu dibagi dalam kelompok putri yang dinamakan janger dan juga dinamakan kecak.
Mereka menari sambil menyanyikan lagu Janger secara bersahut-sahutan. Lirik lagu Janger ini sendiri telah diadopsi dari nyanyain Sanghyang, sebuah tarian ritual kuno.
9. Tari Tenun Bali
Tari Tenun ini diciptakan oleh I Nyoman Ridet dan juga I Wayan Likes pada tahun 1962. Tari tenun ini juga mempunyai fungsi untuk melestarikan kebudayaan tenun-menenun yang ada di daerah Bali dan melestarikan alat-alat tradisional yang dipakai dalam menenun.
Kisah penggambaran tari tenun dimuai dari sebuah proses memintal benang sampai pada proses menenun dengan perasaan senang dan juga gembira. Tarian ini biasanya dibawakan oleh tiga orang penari atau lebih.
Busana dari Tari Tenun terdiri dari: Kepala menggunakan lelunakan, pakaiannya terdiri dari tapih, kamen, dan juga selendang yang dililitkan di dada dan sabuk prada, tata rias hampir sama dengan tarian lain; bunga sandat 3 buah di gunakan di kepala.
10. Tari Gambuh Bali
Tari Gambuh merupakan sebuah drama tari warisan budaya Bali yang telah memperoleh pengaruh dan juga drama tari zaman Jawa-Hindhu di daerah Jawa Timur, yang dikenal dengan nama Raket Lalaokaran.
Raket Lalaokaran yang dapat disebut Gambuh Ariar merupakan pertunjukan berlakon yang merupakan perpaduan antara Raket dengan Gambuh.
Gambuh abad XVI ini merupakan tarian perang yang merupakan kelanjutan dan Bhata Mapdtra Yuddha, yaitu tarian perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang sedang melakukan upacara Shreiddha.
Drama tari klasik yang telah lahir di Puri pada masa lampau, masih terus dilestarikan diberbagai daerah di Bali yang pada zaman dahulu adalah wilayah kekuasaan kerajaan.
Raket telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang dan baru disebut lagi dalam Kidung Warjban Wideya pada abad XVI. Kemudian tarian ini berkembang dan juga lestari di Bali serta memberi pengaruh kesenian masyarakat Bali.
Salah satu drama tari yang telah mendapat pengaruh dari Gambuh yaitu drama tari opera arja. Arja merupakan drama tari opera yang memakai tembang dan dialog sebagai media ungkap lakon yang ditampilkan.
11. Tari Telek Bali
Tari Telek sampai sekarang ini masih sering dipentaskan secara teratur oleh sejumlah banjar atau desa adat di Bumi Serombotan, Klungkung. Jenis tari wali ini adalah warisan leluhur yang pantang untuk tidak dipentaskan. Keyakinan ini begitu mengkristal dihati karma Banjar adat Pancoran.
Gelgel dan Desa Adat Jumpai, mereka telah melestarikan kesenian ini dari tahun ke tahun, dari sebuah generasi ke generasi sampai tidak tergerus oleh arus zaman. Begitu kuatnya mereka dalam menjaga kesenian ini, sampai-sampai seluruh pakem pada pementasan Tari Telek ini dipertahankan secara sakler.
Warga setempat telah meyakini bahwa pementasan Telek ini sebagai salah satu sarana untuk meminang keselamatan dunia, khususnya di daerah wilayah banjar atau desa adat mereka. Jika nekat tidak mementaskan tarian ini, sama halnya dengan mengundang kehadiran sasab (penyakit pada manusia), merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak), dan juga marabahaya lainnya yang dapat mengacaukan harmonisasi didunia.
12. Tari Wiranata
Tari Wiranata ini telah menggambarkan kesan gagah dari seorang penari dan cocok sekali dalam melukiskan seseorang yang telah mempunyai pengaruh dan wibawa misalnya seorang raja. Di dalam pertunjukannya, tari Wiranata pada umumnya dapat ditarikan oleh remaja putri.
Namun memungkinkan juga ditarikan oleh penari putra, baik itu dalam pementasan berkelompok atau seorang diri. Tarian ini adalah tari kreasi yang telah diciptakan oleh I Nyoman Ridet pada tahun 1960.
13. Tari Panyembrama
Tari Panyembrama merupakan jenis tarian penyambutan, tari ini juga sering dipentaskan di dalam upacara agama hindu di pura sebagai tari pelengkap persembahan sebelum tari Sanghyang atau tari Rejang. Gamelan yang dipakai di dalam tarian ini yaitu gong kebyar dan dalam pentasnya memakai pakaian adat Bali.
Tari Panyembrama ini dipentaskan oleh sejumlah penari perempuan yang dirancang sedemikian rupa, sampai lirik mata, senyum , dan gerak gemulai tubuhnya dapat terlihat anggun mempesona. Tarian ini telah diciptakan oleh I Wayan Berata pada tahun 1970.
14. Tari Sanghyang Bali
Salah satu tari sakral seorang umat Hindu di pulau Bali yaitu tari Sanghyang. Tari yang merupakan sisa-sisa kebudayaan pra-hindhu ini umumnya ditarikan oleh dua gadis yang masih kecil dan juga dianggap masih suci.
Sebelum dapat menarikan tari sanghyang ini para calon penarinya harus menjalankan beberapa pantangan, misalnya tidak boleh lewat di bawah jemuran pakaian, tidak boleh berkata jorok dan juga kasar, tidak boleh berbohong, dan juga tidak boleh mencuri.
Tarian ini sendiri biasa dipentaskan untuk fungsi sebagai pelengkap upacara atau sebagai media untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah.
Selain untuk dapat mengusir wabah penyakit, tarian ini juga dipakai sebagai sarana pelindung terhadap ancaman dari kekuatan magi hitam. Tari Sanghyang ada beberapa jenis diantaranya yaitu Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Penyalin, dan juga Sanghyang Celeng.
15. Tari Kupu-Kupu Bali
Menurut catatan sejarah tarian Bali, tari Kupu-kupu ini telah diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1960an. Tarian kupu-kupu adalah jenis tarian groub putri yang dapat dimainkan oleh 5 orang perempuan atau lebih.
Tarian ini telah menggambarkan binatang kupu-kupu berwarna biru tua atau tarum yang sedang terbang dan hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya. Secara filosofis, tarian kupu-kupu ini merupakan penggambaran keindahan, kedamaian, dan juga eksotoknya pulau Bali.
Baca juga : Tarian Aceh
16. Tari Baris Tunggal
Menurut beberapa informasi yang terdapat di Kidung Sunda, tarian ini dapat diperkirakan sudah ada sejak pertengahan abad ke 16. Dinaskah tersebut terdapat sebuah keterangan tentang adanya tujuh jenis baris yang dapat dibawakan di dalam upacara kremasi di Jawa. Selain itu, terdapat juga sebuah keterangan yaitu pada awal kemunculannya tari baris Tunggal ini adalah bagian dari ritual keagamaan pada saat itu.
17. Tari Wirayuda Bali
Tari Wirayuda adalah salah satu tarian yang bertemakan peperangan dan menunjukan kegagahan sosok laki-laki prajurit kerajaan. Tari Wirayuda ini sendiri berasal dari dua kata, yaitu wira yang berarti pahlawan dan yudha yang berarti perang. Tari ini dapat ditarikan oleh 2 sampai 4 pasang penari pria yang membawa senjata tombak.
Tarian ini adalah seni kreasi tari tradisional modern yang diciptakan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1979 melalui Sanggar Tari Bali Waturenggong.
Tari Wiyayudha ini diciptakan untuk menggambarkan sekelompok prajurit bali dwipa yang sedang bersiap-siap untuk maju ke medan perang. Di dalam pementasannya, para penari tersebut menggunakan hiasan ikat kepala berbentuk udengan-udengan.
18. Tari Trunajaya Bali
Tari Trunajaya menggambarkan gerak gerik seorang pemuda yang baru menginjak usia dewasa. Tarian ini berasal dari kata teruna yang artinya pemuda dan juga jaya artinya jaya (puncak).
Gerakan dan juga ekspresinya telah menggambarkan prilaku seorang remaja yang tubuh kuat, penuh enerjik, emosional, dan gerakannya senantiasa untuk memikat hati seorang gadis. Tari Trunajaya ini termasuk tari putra dengan ekspresif keras.
Kreasi tarian yang berasal dari daerah Bali Utara ini diciptakan untuk sebuah tarian hiburan yang dapat dinikmati saat-saat perayaan tertentu. Tari Trunajaya termasuk dalam kategori balih-balihan atau sebagai tarian media hiburan.
Tari Trunajaya ini diciptakan pada tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam kebyar Legong dan lalu disempurnakan oleh I Gede Manik.
Sebagai salah satu media hiburan tarian ini dapat dipentaskan dimana saja. Misalnya di halaman pura, di lapangan atau panggung tertutup maupun panggung terbuka, dan di tempat-tempat lainnya.
19. Tari Legong Bali
Pada awalnya tarian ini hanya dipertontonkan di lingkungan kraton. Kata Legong ini berasal dari kata “leg” yang berarti luwes atau elastis, dan kata “gong” yang berarti musik gamelan. Dengan demikian arti dari Legong berarti tarian lemah gemulai yang terikat oleh irama musik gamelan gong.
Tari Legong adalah salah satu tari klasik yang telah tercipta pada zaman kerajaan. Ada beberapa jenis tari Legong yang eksit dan telah berkembang di Bali, antara lain tari Legong Lasem atau kraton, Legong Jobog, Legong Legod Bawa, Legong Kuntul, Legong Smaradahana, dan juga Legong Sudarsana.
Tari Legong ini ditarikan oleh 2-3 orang penari yang menghadirkan tokoh “Condong”, sebagai pembuka tarian ini, namun ada kalanya tari legong ini tidak dapat menghadirkan tokoh tersebut, tergantung dari jumlah penarinya.
Gamelan yang telah mengiringinya di kenal dengan nama Semar Pegulingan. Ciri khas lain yang lain dari Tari Legong merupakan penarinya menggunakan kipas, kecuali penari dengan tokoh Condong.
20. Tari Pendet Bali
Tarian ini sebagai simbol penyambutan atas turunnya dewa dan dewi ke alam dunia. Tari Pendet merupakan jenis tari klasik yang dipentaskan dalam kegiatan pemujaan atau upacara keagamaan di pura. Seiring dengan perkembangan zaman, tari penyambutan ini telah diadopsi menjadi tari hiburan (balih-balihan) untuk menyambut tamu dari tari pembukaan dalam acara resmi.
Pada tarian ini, kita akan sedikit mempelajari gerakan-gerakan dasar tari Bali. Tidak seperti halnya tarian pertunjukan yang telah memerlukan pelatihan intensif, Pandet dapat juga ditarikan oleh semua orang, namun kebanyakan wanita, dewasa maupun gadis dengan menari sambil membawakan perlengkapan sesajen (hiasan bunga).
Tarian ini telah diajarkan paling pertama kali jika kita ingin mempelajari tari Bali, karena tari Pendet ini semacam basic untuk dapat menari tarian yang lainnya.
21. Tari Durga Mahisasura Mardini
Tari Durga Mahisasura Mardini adalah salah satu tari kreasi yang telah terinspirasi dari kisah Durga Mahisasura Mardini yang tertulis didalam lontar Siwagama. Secara umum, garapan dari tari kreasi ini tidak lepas dari latar belakang budaya Bali.
Sebagai salah satu wilayah tempat kisah Durga Mahisasura Mardini lahir dan juga berkembang. Selain itu juga dari segi estetis. Tarian kreasi ini juga tidak lepas dari esensi tarian bali yang ada pada umumnya. Tata rias, busana yang digunakan, hingga musik yang mengiringinya.
Baca juga : Pakaian Adat Dayak
22. Tari Cilinaya Bali
Tari Cilinaya ini pada awalnya telah diciptakan untuk dipentaskan oleh Sekaa Gong Patra Kencana Singapadu. Tarian ini telah diciptakan oleh I Wayan Dibia yakni salah satu seorang maestro tari tradisional Bali pada tahun 1986. Gagasan lahirnya dari tarian ini telah terinspirasi dari ornament cili.
Cili sendiri adalah salah satu ornament khas didalam busana para penari tari Cili yang berupa sehelai kain panjang yang pada bagian ujungnya lancip dengan motif yang berwarna-warni.
Cili yang sudah menjadi bagian busana para penari melambangkan sebuah keceriaan dan juga kegembiraan melalui pesan utama dan tarian ini.
23. Tari Panji Semirang Daerah Bali
Tarian Panjing Semirang ini termasuk tari pertunjukan atau hiburan sehingga tidak dipentaskan di areal pura. Tarian ini telah mengisahkan tentang seorang putri raja yang bernama Galuh Candrakirana yang telah pergi mengembara ke luar istana dan menyamar menjadi laki-laki yang bernama Raden Panji. Tari Panji Semirang ini adalah sebuah tarian yang diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942.
24. Tari Margapati
Tari Margapati ini telah diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tari Margapati ini berasal dari kata marga yang berarti binatang, dan pati yang berarti raja. Tari ini merupakan sebuah tarian yang telah melukiskan gerak-gerak seekor raja hutan atau singa yang sedang berkelana di tengah hutan untuk dapat memburu mangsanya.
Tarian ini adalah tari Tunggal yang ditarikan oleh satu orang penari putar. Namun dalam hal ini tari Margapati dapat dibawakan oleh seorang perempuan dengan ekpresi mimik yang gagah.
Tari Margapati dalam tari profan mempunyai fungsi sebagai media hiburan di masyarakat dan biasa dipentaskan dalam mengisi acara upacara agama atau upacara resmi lainnya.
25. Tari Gopala
Tarian Gopala ini merupakan ciptaan bersama antara I Nyoman Suarsa (penata tari) dan juga I Ketut Gede Asnawa (sebagai penata iringan) dengan ekspresi gerakan tari yang humoris dengan materi gerak yang merupakan perpaduan antara gerak-gerik tari Bali yang sudah ada.
Tari Gopala adalah tari tradisi Bali yang telah menceritakan tingkah laku sekelompok penggembala sapi di suatu ladang atau tempat penggembalaan. Kata Gopala ini diambil dari bahasa Kawi yang berarti penggembala sapi. Tari Gopala ini umumnya dipentaskan oleh 4 sampai 8 orang penari putra.
26. Tari Condong
Tari Condong merupakan tari tradisional yang dapat diperkirakan tercipta pada abad ke 19 di lingkungan kraton atau istana kerajaan Bali, sehingga tidak dapat diketahui lagi dengan pasti tokoh yang telah menciptakan tari.
Tari Condong umumnya dipakai sebagai pendahuluan dari tari legong, tarian ini bawakan dengan diiringi oleh gamelan pangulingan.
Menurut kepercayaan para masyarakat, bahwa asal mula tari ini berasal dari seorang pangeran dari Sukawati yang sakit parah. Kemudia ia mendapatkan penglihatan gaib dua gadis cantik yang menari dengan anggun yang ditemani musik gamelan. Setelah pangeran tersebut sudah sehat kembali, pangeran ini mengulang tarian yang pernah dilihatnya tersebut.
27. Tari Ciwa Nataraja
Tarian Siwa Nataraja merupakan simbol dari agama, ilmu, dan juga seni pengetahuan yang digabungkan menjadi satu. Tari Ciwa Nataraja adalah sebuah tari persembahan.Dewi Ciwa Nataraja merupakan manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi alias dewanya para penari.
Gerakan Ciwa adalah pancaran tenaga prima yang lalu menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Begitu menurut kepercayaan masyarakat Bali.
Dalam tarian Brahman yang tanpa akhir dari sebuah penciptaan, pemeliharaan dan peleburan, tersembunyi suatu pengertian yang dalam tentang alam semesta kita. Nataraja, Raja Tari, memiliki empat tangan. Tangan kanan atas memegang drum atau gendering dari mana hasil-hasil ciptaan terus keluar tiada hentinya (Tuhan merupakan sumber dari segala ciptaan).
28. Tari Belibis
Tari Belibis ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bamdem (koreografer) dan juga I Nyoman Widha selaku pengiring tabuh pada tahun 1984. Tarian ini telah diilhami oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang Raja.
Di dalam pengembaraannya, Angkling Dharma bertemudengan seorang putri raksasa pemakan manusia. Raksasa tersebut merasa khawatir rahasianya diketahui oleh Angling Dharma, kemudian dikutuklah Angling Dharma menjadi seekor burung Belibis yang hidup di air.
Tarian ini ditarikan oleh seorag perempuan secara berkelompok. Gerakan dari tari burung Blibis tidak hanya berkaitan dengan kelenturan tubuh, akan tetapi juga berhubungan dengan tenaga yang dipakai. Misalnya layaknya seorang burung, tari Blibis mengedepankan gerakan kepala dan juga leher, pandangan mata, dan juga gerakl tangan serta gerak kaki.
Musik dan juga gamelan yang telah mengiringi tarian ini terkesan licah dan agresif. Beberapa alat musik yang dipakai antara lain : gangsa, cengceng, reong, kempul, penyahcah, suling, gong, kendang, jegogan, dan juga kajar.
Baca juga : Tarian Lampung
29. Tari Manukrawa
Pada awal mulanya tarian Manukrawa ini adalah bagian dari sendratari Mahabharat Bale Gala-Gala karya tim Sendratari Ramayana atau Mahabharata di daerah provinsi Bali yang ditampilkan dalam pesta kesenian Bali pada tahun 1980.
Kemudian keindahan dari tari ini dikembangkan menjadi tari lepas untuk tujuan media hiburan. Tarian Manukrawa pertama kali diciptakan pada tahun 1981 oleh I Wayan Dibia seorang koreografer dan I Wayan Beratha seorang composer.
Merujuk asal katanya, Manukrawa ini berasal dari kata Manuk yang artinya burung dan rawa yang artinya rawa-rawa. Tarian ini pada umumnya dipentaskan oleh 5 sampai 7 orang penari wanita.
Tarian Manukrawa adalah salah satu tarian kreasi baru yang menggambarkan perilaku sekolompok burung (manuk) air (rawa) sebagai yang telah dikisahkan didalam cerita Wana Parwa di Eppos Mahabharata.
Gerakan dari tari ini diambil dari tari klasik Bali yang dipadukan dengan gerakan tari dari daerah Jawa dan Sunda, yang sudah dimodifikasikan sesuai dengan tuntunan keindahan.
Tari Manukrawa sering dipentaskan oleh anak-anak dengan gerakan yang ekspresif yaitu termasuk gerakan loncat dan jongkok yang telah menggambarkan kelincahan burung rawa.
30. Tari Rejang Bali
Tarian Rejang Bali ini berfungsi sebagai salah satu ungkapan rasa syukur dan penghomatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.
Tarian ini dapat dilakukan sebagai persembahan suci untuk menyambut kedatangan para dewa yang turun ke Bumi, oleh sebab itu Tari Rejang ini adalah tarian persembahan suci dalam menyambut kedatangan para dewa yang datang dari khayangan dan turun ke Bumi.
Tari tradisional Bali yang juga populer pada saat kegiatan upacara keagamaan di pura yaitu Tari Rejang. Gerak-gerik dari tari ini sangat sederhana namun progresif dan lincah.
Tarian ini dapat dipentaskan atau ditarikan oleh penari-penari perempuan Bali dengan penuh rasa hidmat, penuh rasa pengabdian kepada Dewa-Dewi Hindhu dan penuh penjiwaan.
Para penarinya memakai pakaian upacara yang meriah dengan banyak dekorasi-dekorasi, menari dengan berbaris melingkari halaman putra atau pelinggih yang kadang kala dilakukan dengan cara berpegang-pegangan tangan.
Tari Rejang ada beragam jenisnya sesuai dengan fungsi tertentu, diantaranya yaitu : Rejang Renteng, Rejang Bengkel, Rejang Ayodpadi, Rejang Galuh, Rejang Dewa, Rejang Membingin, Rejang Palak, Rejang Makitut, Rejang Haja, serta Rejang Negara. Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang dapat diperkirakan sudah ada sejak jaman pra-Hindhu.
Penutup
Demikian yang dapat kami sampaikan tentang macam-macam tarian adat tradisional Bali yang telah kami sampaikan kepada Anda dan semoga dapat memberikan manfaat. Jangan ragu untuk selalu membagikan informasi kepada orang-orang yang membutuhkannya.