Tari Gandrung: Penjelasan, Sejarah, Keunikan, Properti dan Kostumnya

Tari Gandrung – Adalah salah satu jenis tarian tradisional Indonesia yang berasal dari daerah Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Tarian ini sendiri mulai bulan Desember tahun 2000 sudah menjadi maskot atau sebuah ikon pariwisata kota Banyuwangi. Oleh sebag itu kemudian Kota Banyuwangi memberikan julukan sebagai Kota Gandrung.

Tarian gandrung dari Jawa Timur ini umumnya dibawakan secara berpasangan antara para penari pria dan juga wanita. Tarian ini hampir sama dengan tarian tradisional daerah lain misalnya tari Ketuk Tilu (Jawa Barat) dan Tari Tayub (Jawa Tengah).

Pada kesempatan kali ini, restuemak.com akan membagikan sedikit informasi seputar tarian tradisional Jawa Timur yang sudah menjadi ikon Kota Banyuwangi ini untuk kalian semua.

Yuk langsung simak saja penjelasan berikut ini:

Pengertian Tari Gandrung

Tari Gandrung

Banyuwangi sudah dikenal sebagai kota Gandrung dan Gandrung sudah identic dengan Banyuwangi. Tari Gandrung adalah salah satu kesenian asli yang lahir dan berkembang di Banyuwangi dan mempunyai sejarah ang panjang.

Gandrung ini berasal dari Bahasa Banyuwangi yang berarti suka, terpesona atau tergila-gila. Masyarakat Banyuwangi ini sendiri menterjemahkan gandrung sebagai wujud terpesona atau kekaguman masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Pada yang sudah membawa kesejahteraan baagi masyarakat sekitar.

Tari Gandrung ini telah dipersembahkan sebagai wujud rasa syukut masyarakat setelah panen menurut Wikipedia. Filosofi pernghormatan terhadap Dewi Sri inilah yang sudah menjadi spirit masyarakat untuk mengembangkan dan juga melestarikan Tari Gandrung ini.

Baca juga: Tari Reog Ponorogo

Sejarah Tari Gandrung

Tari Gandrung

Berdasarkan pada catatan sejarahnya, tarian ini sudah muncul sejak pembangunan ibukota Blambangan sebagai pengganti Pangpang atau Ulu Pangpang. Hal ini sudah ditandai dengan pembukaan Hutan Tirtagondo atau Tirta Arum yang di prakarsai oleh Mas Alir, bupati yang dilantik sekitar tanggal 12 Februari tahun 1774 di Ulu Pangpang tersebut.

Sedangkan menurut asalnya ini yang telah dikutip dari tulisan makalah karya Joh Scholte, yang berbunyi “asalnya lelak jejaka keliling ke desa-desa bersama dengan pemain kendang dan terbang”

Sebagai salah satu bentuk penghargaan, lalu mereka diberikan hadiah beras yang kemudian mereka di dalam sebuah kantong (Gandrung Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).

Tulisan makalah ini sama halnya dengan cerita yang sudah berkembang secara turun temurun. Dapat disebutkan juga bahwa tari ini pada awal mulanya dilaksanakan oleh kaum laki-laki, mereka membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan juga beberapa rebana atau terbang.

Mereka semua melaksanakan kegiatan berkeliling membawakan tari gandrung pada sisa-sisa rakyat Blambangan di sebelah timur. Konon katanya, jumlah rakyat yang tinggal di daerah itu sekitar lima ribu jiwa saja, akibatnya dari penyerangan kompeni pada tahun 1767 untuk merebut Blambangan dari kekuasaan Mengwi.

Mereka juga mengajak para korban penyerangan ini untuk kembali ke kampung halamannya dan juga sebagian dari mereka ada ikut membabat hutan Tirta Arum. Kemudian setelah hutan tersebut selesai di babad, lalu dikenal dengan nama Banyuwangi. Dari sinilah terlihat beberapa peran besar dari kesenian teri Gandrung dalam sejarah berdirinya Banyuwangi tersebut.

Tarian ini pada awalnya telah dibawkaan oleh para penari laki-laki yang didandani layaknya seorang perempuan. Akan tetepi, seiring dengan perkembangan zaman, para penari gandrung beralih menjadi penari perempuan semuanya.

Baca juga: Tarian Bali

Makna Tari Gandrung

Tari Gandrung

Kata “gandrung” ini sendiri dapat dimaknai dengan istilah terpikat. Dikatakan sebagai tari gandrung, karena tarian ini adalah bentuk terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri, yaitu Dewi pada yang telah diyakini dapat membawa kesejahteraan untuk masyarakat sekitar Banyuwangi tersebut.

Tarian gandrung ini adalah salah satu kesenian tradisional yang diadakan oleh masyarakat sebagai bentuk ungkapan rasa syukur di setiap habis panen. Para penari gandrung (wanita) akan menari bersama atau secara berpasangan dengan Pemuja,yaitu para tamu laki-laki.

Seiring dengan perkembangannya, tarian ini biasa dipentaskan di dalam berbagai acara, misalnya perkawinan, khitanan, pethik laut dan juga pada acara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Umumnya dapat ditampilkan juga pada acara resmi maupun acara tidak resmi lainnya, baik itu di daerah Banyuwangi sendiri maupun pada wilayah lainnya.

Baca juga: Tari Topeng

Pertunjukan Tari Gandrung

Tari Gandrung

 

Berikut ini adalah penjelasan dari pertunjukan tari Gandrung yang biasa anda lihat pada acara tertentu di Bali:

1. Musik Pengiring

Ketika dipertunjukkan oleh Marsan dengan cara berkeliling desa, tari gandrung ini dapat diiringi dengan musik kendang dan juga rebana, di mana semua tempo dari tarian ini telah diatur oleh kendang.

Pada saat ini tari gandrung dapat diiringi dengan musik yang berasal dari sebuah kempul atau gong, dua buah biola, sepasang kethuk, dua buah kendang dan juga sebuah kluncing atau triangle.

Terkadang juga alat musik ini diselingi dengan angklung, rebana atau saron Bali.

Untuk dapat memeriahkan pertunjukkan tari gandrung ini, pemain kluncing juga bertugas sebagai pengundang atau pemberi semangat atau yang biasa disebut dengan panjak.

Selain itu juga, ada penyanyi yang menyampaikan beberapa lagu pada bagian tertentu dalam tari gandrung.

2. Busana Penari

Kostum atau busana tari Gandrung ini dipengaruhi oleh budaya Kerajaan Blambang Bali yang mana di dalam sejarah tari Gandrung dapat disebutkan eksistensinya dalam perjalanan perkambangan tari ganrung ini.

Maka dari itu untuk kostum dari tarian ini agak berbeda dengan Pakaian tari Jawa Timur kebanyakan.

Untuk dapat mempermudah, kita akan sedikit membahas satu persatu busana atau kostum yang digunakan oleh penari gandrung mulai dari hiasan kepala sampai properti lainnya.

a. Bagian Atas

Para penari gandrung yang menggunakan hiasan kepala berupa mahkota berwarna merah dan emas yang dapat menutupi rambut penari.

Mahkota yang biasa disebut dengan nama omprok ini mempunyai ornament berbentuk kepala Antrasena dan beserta tubuhnya yang berupa ular.

Pada zaman dahulu, ornament ini tidak sepenuhnya melekat ke kepala para penari, akan tetapi setengah dari tubuh Anthasena dibiarkan begitu saja seperti sayap burung.

Namun pada sekitar tahun 1960 an ornament ini sepenuhna dapat dilekatkan sampai menjadi mahkota yang pada saat ini biasa digunakan oleh seorang penari.

Pada pinggiran depan mahkota tersebut diberi ornament yang berwarna perak yang dapat menambah indah jika digunakan, konon ornament ini dapat memberi efek lonjong pada wajah penari yang sudah dihiasi dengan tata rias yang tipis namun ayu tersebut.

Selain itu untuk pada bagian atas mahkota juga ditambahkan dengan sebuah hiasan bunga yang biasa disebut dengan cundhuk mentul, hiasan ini akan bergerak-gerak mengikut gerakan kepala para penari.

Untuk dapat memberikan kesan magis, pada mahkota ini juga biasa dipasang hiasan tambahan yang dapat disebut dengan hio.

b. Bagian Tubuh

Pada bagian tubuh penari gandrung ini dapat ditutupi oleh baju misalnya kemben yang terbuat dari beludru berwarna hitam yang dihiasi oleh ornament dan juga manik-manik yang berwarna kuning emas.

Pada bagian dada penari dipasang hiasan yang dapat menutupi dada bagian tengah penari, hiasan ini dipasang dengan ditalikan ke leher para penari.

Pada bagian pundak dan lengan penari yang dibiarkan terbuka ini lalu dihiasi dengan sepasang kelat bahu, sedangkan pada pinggangnya menggunakan ikat pinggang dan sembong yang biasanya dipadukan dengan kain berwarna warni sebagai hiasan.

c. Bagian Bawah

Pada bagian bawah, penari gandrung mengenakan kain batik yang dililit dengan ketat sampai ke mata kaki.

Kain batik ini umumnya bermotif gajah oling yang merupakan ciri khas tersendiri pada kostum atau busana tari gandrung, namun tidak jarang juga para penari yang memakai kain batik dengan corak lain.

Kaki dari para penari gandrung ini ditutupi kaos kaki putih, hal ini baru dilaksanakan sekitar tahun 1930 an dan sebelumnya para penari gandrung menari tanpa memakai alas kaki apapun.

d. Properti

Properti lain yang biasa dikenakan oleh penari gandrung merupakan sampur atau selendang yang disampirkan di leher para penari dan satu buah kipas yang diselipkan pada ikat pinggang bagian belakang.

Selendang ini dikenakan di sepanjang tarian, sedangkan untuk kipas hanya dikenakan pada bagian-bagian gerakan tertentu terutama yaitu pada seblang subuh.

Pada zaman dahulu para penari mengenakan sepasang kipas, namun seiring dengan berjalannya waktu para penari hanya memakai satu buah kipas saja sampai sekarang ini.

Baca juga: Tari Jawa Tengah

Tahapan Pertunjukan

Tari Gandrung

Tari gandrung asli mempunyai tiga tahapan pertunjukkan mulai dari pembukaan sampai penutupan.

Berikut ini adalah tiga tahapan ini yang dilengkapi dengan penjelasannya:

1. Jejer

Tari gandrung biasa dibuka dengan para penari yang menarikan tarian pembuka sambil melantunkan beberapa lagu di tengah-tengah panggung pertunjukan, bagian pembuka ini biasa disebut dengan jejer.

Jejer ini dimaksudkan untuk menghormati tuan rumah, penonton dan tamu yang sudah hadir menonton pertunjukan tari gandrung, juga sebuah bentuk pengharapan agar tuan rumah penyelenggara hajat senantiasa diberkati.

2. Maju

Setelah pada bagian pembuka atau jejer selesai, para penari akan mulai memilih tamu dengan cara memberikan sampur ke pononton sebagai lambang untuk ajakan menari bersama, pada saat inilah bagian Maju dimulai.

Umumnya para penonton yang dipilih untuk menari bersama disesuaikan dengan urutan kedudukannya, di mana tamu yang terhormat akan mendapatkan giliran pertama, penonton yang bergabung dalam arena pertunjukan ini dapat disebut dengan paju.

Paju yang sudah dipilih ini terdiri dari empat orang yang akan berdiri membentuk posisi bujur sangkar dengan satu penari yang berada di tengah-tengah mereka.

Penari gandrung lalu mendekati paju satu persatu untuk diajak menari dengan gerakan-gerakan yang begitu menggoda.

Hal ini adalah esensi tari gandrung yakni hawa nafsu dan tergila-gila pada Dewi Sri.

Setelah selesai menari bersama para penonton, gandrung akan mendatangi penonton untuk diajak menyanyikan beberapa lagu atau ngrepen sesuai dengan yang sudah dipilih oleh salah satu seorang penonton.

Acara paju dan juga ngrepen ini akan dilaksanakan berselang seling sampai subuh, sepanjang menunggu giliran, tidak jarang penonton yang mabuk saling berkelahi sehingga dapat menimbulkan keributan.

Pada akhir babak paju, para penonton diberi kesempatan oleh gedhog untuk dapat menari njaban bersama gandrung dan juga dipersilahkan untuk dapat memberikan tombakan atau uwul pada baki yang sudah disediakan oleh gading.

3. Seblang Subuh

Pada bagain akhir tari gandrung ini ditutup dengan seblang-seblangan yang umumnya dimulai ketika menjelang subuh, maka dari itulah bagian penutup ini dapat disebut dengan seblang subuh.

Setelah beristirahat sejenak sehabis acara paju tersebut, para penari gandrung akan mulai menari dengan tempo pelan-pelan dan juga penuh penghayatan.

Terkadang gandrung menari mengenakan properti kipas yang dikibas-kibaskan sesuai dengan iringan musik sambil menyanyikan tembang-tembang yang bertema sedih misalnya seblang lokinto, kembang pepeh, sekar jenang, kembang terna dan juga sundreng-sundreng.

Seblang-seblang mempunyai makna tersendiri yakni pemujaan terhadap Dewi Sri dan juga untuk mengenang kerajaan Blambangan, juga dapat mengingatkan kondisi masyarakat pada saat itu.

Pada bagian seblang ini, suasana mistis dari tari gandrung sangat terasa, apabila terdapat ritual penyembuhan dan juga ritual penyucian diri yang dapat dilaksanakan oleh gandrung yang sudah berusia lanjut.

Pada saat ini, bagian seblang subuh sudah banyak dihilangkan dari rangkaian acara tari gandrung padahal bagain ini adalah bagian penutup tari.

Jenis-Jenis Tari Gandrung

Tari Gandrung

Seiring dengan perkembangan waktu, tari gandrung lalu terbagi menjadi beberapa jenis yang dapat digolongkan berdasarkan jenis musik pengiring, tahapan pertunjukannya dan juga unsur dramatisasi dan mistis dari tarian ini.

Beberapa jenis ini di antaranya adalah sebagai berikut ini:

  • Jejer Gandrung
  • Gandrung marsan
  • Gandrung Dor
  • Paju Gandrung
  • Gama Gandrung
  • Seblang Subuh
  • Seblang Lukinto
  • Jaripah

Fakta Unik Tari Gandrung

Tari Gandrung

Berikut ini beberapa penjelasan tentang fakta unik dari Tari Gandrung ini, antara lain sebagai berikut:

1. Awalnya Ditarikan Oleh Laki-Laki

Ketika pertama kali tarian ini diciptakan, tari gandrung ditarikan oleh seorang penari laki-laki yang didandani layaknya seorang perempuan.

Seiring dengan berjalannya waktu, sudah banyak perempuan yang menarikan tarian ini dah hal ini sudah dianggap lebih menarik.

Selain itu, pada saat ini penari laki-laki sudah enggan untuk menarikan tarian ini.

2. Sebagai Pemersatu Masyarakat

Sebelum ada kota Banyuwangi ini, tari gandrung telah dianggap dikenakan sebagai ajar berkunjung dan juga berkumpul bersama sanak saudara pasca perang melawan Belanda.

Setelah kota Banyuwangi tersebut berdiri, tarian ini lalu beralih fungsi sebagai tarian rasa syukur masyrakat ketika musim panen tiba.

3. Mahkota Yang Dipakai Terbuat Dari Kulit Kerbau

Salah satu properti yang sudah menjadi ciri khas tari gandrung ini yaitu hiasan kepala yang menutupi seluruh rambut penari.

Ternyata untuk hiasan kepala yang mirip dengan mahkota tinggi ini terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan juga diberi ornamen anak Bima yang mempunyai kepala seperti raksasa dan juga badan yang berbentuk ular yakni Anthasena.

Hiasan ini pada umumnya berwarna merah dan juga emas.

Baca juga: Tarian Lampung

4. Ditarikan Secara Berpasangan

Sebetulnya tari gandrung ini dapat ditarikan oleh 3-4 orang penari yang bergerak seirama, namun ada bagian dimana para penari mengajak tamu laki-laki untuk menari bersama berpasangan dengan cara menyampirkan sampur ke leher tamu yang dapat disebut pepaju atau paju ini.

5. Telah Mendunia

Usaha dari masyarakat Banyuwangi dalam melestarikan tarian ini membuat tari gandrung semakin dikenal tidak hanya di wilayah Indonesia saja, akan tetapi juga di seluruh dunia.

Terbukti dengan tarian ini yang dapat ditampilkan di beberapa Negara misalnya Jepang, Perancis, Hongkong, Jerman, Brunei Darussalam dan juga Malaysia.

Bahkan tari gandrung ini mendapatkan undangan secara resmi oleh Amerika Serikat untuk ditampilkan di pentas seni yang bertajuk Remarkable Indonesia fair yang diadakan di Negara Amerika tersebut.

6. Festival Gandrung Sewu

Tari gandrung yang sudha menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi ini tak hanya ditampilkan pada pentas atau acara saja.

Pemerintah setempat bahkan sudah mengadakan festival khusus tari gandrung yang digelar setiap tahun dan diberi nama festival gandrung sewu.

Sewu yang dalam bahasa Jawa artinya seribu, karena festival ini diikuti oleh lebih dari 1000 penari dari berbagai usia.

Festival yang sudah diadakan selama 7 tahun ini telah berhasil menarik perhatian masyarakat baik itu dari wilayah Indonesia maupun Mancanegara dan dapat membuat tari gandrung semakin dikenal dimana-mana.

Kostum Tari Gandrung

Tari Gandrung

Untuk kostum atau busana yang dikenakan oleh para penari tarian ini sangat kental akan perpaduan gaya Jawa dan Bali. Untuk pakaian bagian atasnya memakai kostum yang berbentuk seperti kemben yang berwarna hitam yang terbuat dari kain beludru dan kemudia diikat di leher menutupi dada yang dihiasi ornamen berwarna emas.

Sementara itu pada bagian bawahnya mengenakan kain batik khas Banyuwangi yang panjangnya sampai bagian atas mata kaki. Pada bagian kepala para penari juga mengenakan mahkota dengan berbagai ornament berwarna merah dan emas yang dapat disebut omprok.

Terdapat juga beberap tambahan aksesoris misalnya kelat pada tangan, selendang yang dikenakan pada bagian bahu dan juga pada bagian pinggang diberi ikat pinggan dan sembong yang di hiasi warna emas. Tidak ketinggalan juga, dalam hal tata rias juga dibuat sedemikian rupa untuk membuat para petani terlihat lebih cantik.

Baca juga: Pakaian Adat Bali

Iringan Tari Gandrung

Tari Gandrung

Tarian gandrung ini pada saat pertama kali kemunculannya memakai iringan alat musik berupa kendang dan juga rebana dengan sebuah gerobak.

Mereka menari dari satu tempat ke tempat lainnya. Lalu, setelah datangnya agama Islam yang melarang keras pria berdandan layaknya wanita membuat tarian ini kemudian dibawakan oleh wanita saja.

Sebab semakin berkembangnya tarian ini, iringan dari alat musik yang dikenakan juga mengalami perkembangan. Alat musik yang dinekan gerupa gong atau kempul, sebuah kluncing triangle, kendang satu sampai 3 buah, biola, sepasang kethuk dan juga tidak ketinggalan yaitu rebana.

Umumnya juga ada beberapa alat musik tambahan pada pertunjukan tarian gandrung yang berupa alat musik khas Pulau Bali, misalnya angklung, electone dan juga sarong. Akan tetapi alat musik tambahan ini khusus dikenakan dalam jenis tarian gandrung kreasi saja.

Berbagai alat musik tadi akan dimainkan secara apik dan tentunya berirama, sehingga dapat membentuk komponen yang beragam, unik dan menarik. Bahkan untuk para penonton juga dapat meminta judul lagu yang akan dibawakan sebagai pengiring tarian gandrung ketika propsesi maju atau menari bersama pada tamu.

Baca juga: Tari Lenso

Properti Tari Gandrung

Tari Gandrung

Tari tradisiona gandrung ini adalah salah satu tarian berpasangan atau tari yang dapat dibawakan oleh penari laki-laki dan juga perempuan.

Di dalam hal properti, tarian ini tidak jauh berbeda mengenakan properti yang sebagian propertinya ini sudah sedikit saya jelaskan diatas. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap tentang properti yang dikenakan dalam tari gandrung Banyuwangi tersebut:

a. Selendang

Selendang adalah salah satu properti wajib yang dipakai dalam penampilan tari gandrung Banyuwangi ini. Selendang yang dikenakan dala tarian ini mempunyai ukuran yang sama dengan selendang pada umumnya. Selendang ini umumya diletakkan pada bagian bahu para penari dan juga berfungsi sebagai aksesoris untuk menarik penonton yang akan diajak menari.

b. Hiasan Mahkota

Tari gandrung juga memakai properti yang dikenakan diatas kepala yang biasa disebut dengan “omprok”. Hiasan kepala ini terbuat dari bahan kulit kerbau yang telah dihiasi dengan ornament berwarna emas dan juga merah.

Properti dari mahkota ini juga dihiasi oleh ornament antasena yang menutupi seluruh rambut para penari gandrung, mulai dari bagian depan sampai belakang. Pada zaman dahulu ornamen ini tidak menempel pada mahkota, melainkan hanya dapat dipasang setengah terlepas mirip seperti sayap burung.

Selain dengan ornamen antasena, ada juga beberapa ornamen “cudhuk menthol” yang berbentuk bunga kecil dan juga cantik, terdapat juga ornamen hio dalam unsur hiasan kepala para penari gandrung. Ornamen hio ini dapat menambah kesan magis untuk para penari.

c. Kain Batik

Properti kain batik yang digunakan sebagai kostum bawahan untuk para penari tarian gandrung. Kain ini dililitkan pada bagian pinggang, sehingga hampir menyerupai rok yang pas badan.

Kain batik yang dikenakan ini umumnya bercorak gajak oling atau tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah.

Kain ini umumnya berwarna dasar putih dan bertujuan sebagai pelestarian serta ciri khas batik daerah Banyuwangi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pemakaian corak dan juga warna dasar lainnya.

d. Kipas

Selain dengan properti selendang, ada juga properti kipas yang dikenakan dalam tarian gandrung. Namun kipas ini bukan termasuk ke dalam properti utama setiap pertunjukan tarian gandrung ini. Kipas ini hanya dipakai sebagai properti ketika tahap terakhir yaitu tahapan seblang subuh.

Perkembangan Tari Gandrung

Tari Gandrung

Di dalam perkembangannya sebagai bentuk tarian klasik, tarian ini masih tetap hidup dan juga dilestarikan oleh masyarakat Banyuwangi. Bukan hanya dari para seniman saja, bahkan masyarakat dan juga pemerintah daerah juga ikut mendukung dalam pelestarian tarian ini.

Hal ini dapat dilihat dari tarian gandrung yang telah dijadikan sebagai maskot atau ikon dari Kota Banyuwangi dan berusaha untuk memperkenalkan kepada para generasi muda dan masyarakat luas.

Tarian ini bukan hanya sekedar menjadi tarian peninggalan leluhur saja, akan tetapi menjadi salah satu daya dan juga kebanggaan untuk masyarakat Indonesia, khususnya daerah Banyuwangi.

Baca juga: Tari Saman

Penutup

Tari Gandrung

Nah, mungkin hanya itu saja sedikit informasi yang dapat restuemak sajikan untuk kalian semua tentang salahs satu tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Banyuwangi yaitu tari gandrung.

Semoga dengan sedikit informasi ini dapat membantu dan juga menambah pengetahuan anda semuanya. Cukup sekian dan salam dari penulis untuk kalian dimanapun Anda berada.

Tari Gandrung Banyuwangi

Leave a Comment